Malam ini kami makan bersama dalam satu meja. Abraham seperti seorang ayah yang menyuapi dua orang anaknya, aku dan Ariella. Ia menyuapi kami secara bergantian seperti tidak ada batasan diantara kami. Meski aku merasakan sedikit rasa canggung, tapi sikapnya kepada kami membuat hatiku menjadi hangat. Ia sangat baik, sangat baik. Setelah selesai makan aku membereskan meja dan mencuci mangkok serta gelas sisa makan. Sedangkan Abraham masih duduk bersama Ariella yang ada di pangkuannya. Ariella menyandarkan tubuh kecilnya pada Abraham dengan manja seperti seorang anak kecil kepada ayahnya. Sesekali ia menguap dan mengucek matanya yang sudah merasa ngantuk. Tak lama kemudian ia berbicara dengan suara manjanya, “Daddy, aku ngantuk. Apa Daddy mau membacakan buku cerita untukku sebelum