"Ternyata suaramu indah!" Si gadis bercadar menegang dan tangannya masih berada di atas bahunya si kuda putih. "Dan aku melihat dari tadi, bagaimana hebatnya kamu mengusir buaya yang hampir saja menggigit kaki kuda mu." salahnya Sinta, ia tidak memiliki keahlian bisa mencium keberadaan musuh. Mungkin seharusnya ia memiliki keahlian itu juga. "Kenapa kamu di sini?" tanya Sinta. Ia masih membelakangi Erlangga. "Karena aku tahu banget, kalau kamu bakal ke sini." Erlangga mendekat dan sungguh ingin segera bertarung dengan gadis ini. "Aku sudah sembuh, dan aku ingin mencoba kekuatan mu seperti dulu." ujarnya. "Aku sedang tidak ingin melakukan itu." "kenapa?" kini laki laki yang hari ini memakai kemeja putih itu menatap padanya berada di sampingnya Sinta. "Karena aku sedang berkuda saja.