Part 3

1132 Kata
Tidak ada yang pernah menyadari kapan, di mana dan kepada siapa mereka jatuh cinta. Tapi, ketika sang cupid sudah melemparkan panahnya, apakah mereka masih bisa menolak satu sama lain? Apa meraka bisa saling menolak padahal nyatanya hati mereka sudah terikat benang merah. *** Jam makan siang tiba. Gya dan Hansuke masih asik dengan dunia mereka sampai tidak menyadari jika Samuel sudah duduk dibangku singgasananya. Menatap wanita yang mengusik tidurnya dengan suaranya yang begitu menyebalkan. Samuel tidak mengerti lagi, harus dia apakan wanita ini? Apakah harus Samuel bungkam mulutnya atau dia culik saja ke kamarnya supaya dia bisa menikmati jam-jam indah bersama dengan Gya. Ya, katakan saja pikirannya kotor saat ini tapi mau bagaimana lagi? Wanita seperti Gya itu sangat menggoda siapa saja yang melihatnya bahkan Kakek tua mata keranjang saja akan jatuh hati pada wajah lugunya. "Pesankan aku makan!" suara Samuel yang sengaja dia tinggikan membuat kedua orang di depan Samuel menoleh. Bukannya menjawab, Wanita itu malah menunjukkan kotak makanan yang entah isinya apa. Samuel duga pasti ulah dari Hansuke. Lelaki itu pasti ingin mengejek dirinya saat ini. Sialan sekali hansuke! "Sudah di pesankan sejak tadi, apa tidurmu sangat nyenyak sampai baru keluar sekarang?" sindir Hansuke. Padahal Samuel yakin lelaki itu sangat tahu kenapa dia berlama-lama di sana. Apa lagi jika bukan karena wanita asing bernama Gya. Bibirnya yang sangat ringan melawannya membuat Samuel ingin sekali menciumnya. Supaya wanita itu tahu di sini dia lah yang berkuasa. Samuel ingin menunjukkan jika Gya tidak pantas menginjaknya di daerah kekuasaannya! Samuel sengaja duduk di samping Gya berharap wanita itu akan bereaksi berlebihan, tapi nyatanya dia malah asik dengan makanannya, sambil berbincang pada Hansuke. Sedangkan Hansuke menikmati permainan dunia ini. Kapan lagi bukan mengerjai sepupunya sendiri? Kalau perlu dia lakukan saja setiap hari seperti ini supaya hati Samuel terbakar cemburu. Dan dia sangat senang hati mengabadikan momen langka tersebut. "Jadi anda pemilik Naughty Club? Kalau saya ke sana bisa lah ya di kasih gratis?" pertanyaan Gya membuat Samuel hampir saja tersedak. Apa katanya? Wanita itu mau ketempat Hansuke? Ini wanita memang gila atau lugu? Dia tidak tahu kalau di sana banyak sarang predator? Termasuk dia. Dia predator gila yang menyerang siapa saja mangsanya. Samuel tidak munafik, dia memang suka menyerang siapa saja tanpa menggunakan hati. Habis manis ya sepah di buang begitulah konsep hidupnya. "Bahasa non formal saja. Tentu saja bisa. Kamu sering ke club-club malam gitu?" pancing Hansuke. Sengaja membuat seseorang panas dingin. "Tidak terlalu sering. Hanya beberapa kali menemani sahabatku ke sana." Samuel menoleh pada Gya. Semudah itu asistennya berbicara non formal pada sepupunya? Wah tidak bisa Samuel biarkan! "Kamu tidak pernah ke sana sendiri?" tanya Hansuke lagi. Mencegah Samuel berbicara atau menghalangi Samuel untuk menganggu kegiataannya saat ini. "Tidak pernah, aku bukan Sabrina yang kuat minum. Minum sedikit saja aku sudah tepar." kejujuran Gya membuat Samuel tersenyum tipis di tempatnya. Sepertinya Samuel tahu bagaimana cara untuk membungkam Gya nantinya. "Ahh.. cemen sekali kamu. Kamu harusnya rajin minum, jika sering terbiasa kamu tidak akan selemah itu." terkutuklah Hansuke. Samuel tidak akan membiarkan wanita baik-baik seperti Gya masuk ke dalam club miliknya. Apalagi di sana banyak orang-orang gila. "Berikan ponselmu!" Hansuke meminta ponsel wanita di sampingnya. Membuat Samuel tersenyum tipis saat tahu password ponsel wanita lugu di sampingnya ini. "Di sana sudah aku masukkan nomerku, jika malam ini kamu ke sana hubungi saja. Akan aku buka jalannya untukmu." "Wah, terima kasih. Sabrina pasti sangat menyukainya." Samuel tidak menyangka jika wanita di sampingnya lebih perhatian pada sepupunya dibandingkan pada dirinya sendiri. Wanita macam apa Gya ini? Apakah hati Gya mati untuknya? "Kamu sayang sekali ya pada sahabat kamu?" pertanyaan spontan Samuel membuat Gya dan Hansuke menoleh pada lelaki itu. "Tentu saja saya sangat menyayanginya. Dia seharusnya menjadi calon istri kakak saya tapi karena kakak saya membawa wanita beserta anaknya, jadi saya pikir Sabrina sudah kalah. Saya meminta maaf atas kebrengsekkan kakak saya padanya, tapi Sabrina tetap mencintainya. Apa jatuh cinta memang seperti itu?" tanya Gya spontan. "Ya seperti itu. Kamu akan terihat bodoh ketika jatuh cinta," kata Hansuke. Samuel tidak tahu kenapa rasanya dia mengenali perasaan ini. Seakan orang yang diceritakan oleh Gya adalah orang yang sama yang memberikan luka padanya. Yang mana, tidak mungkin hal itu terjadi. Samuel sangat tahu orang yang dia benci tidak akan semudah itu kembali ke negaranya. "Pak Aldebaran!" Gya memberi hormat pada Papanya yang datang bersama Haris. Mereka datang dengan dua kantung makanan yang Samuel tebak memang sengaja untuk mereka makan siang ini. Sepertinya Papanya mau merayakan kedatangan karyawan baru. "Pas sekali. Kita makan bersama," kata Aldebaran yang kini malah duduk di single sofa, sedangkan Haris merapikan makanan yang dia bawa lalu duduk di samping Hansuke. "Sebelum ke sini saya sudah menyiapkan apa saja yang harus kamu lakukan, Gya. Jadi coba kamu cek email kantor yang kamu dapatkan dari HRD tadi. Saya mengirimnya lewat sana." Samuel menatap Haris kesal. Bisa tidak bahasnya saat makan siang saja? Apa Haris tidak memiliki kepekaan seperti bosnya yang sudah menggelengkan kepalanya? "Gya, nanti saja kamu cek. Sekarang waktunya makan siang. Haris, lain kali jangan seperti itu," kata Aldebaran. "Maaf Bos, saya khilaf. Kapan lagi kan ada sekretaris wanita. Biasanya juga laki-laki, tapi tidak pernah kuat. Memang anak bos ini jelmaan iblis," kata Haris. "Wahh benarkah itu, Pak Haris?" tanya Gya dengan nada seriusnya. "Benar Nona. Makanya nanti Nona harus tahan banting ya, Tuan muda itu kemauannya banyak sengaja mau mecat semua orang supaya saya balik ke tempatnya." Samuel melirik Gya yang sepertinya tengah berpikir saat ini, "Kalau gitu kita tukar posisi saja?" "Setuj--" "Tidak. Saya tidak mengizinkan kamu bertukar posisi, Nona Gya." jawaban Samuel membuat Hansuke mendengus. Lelaki itu sepertinya mengakui kekalahannya pada Gya. Samuel yang sekarang dia lihat seperti Samuel yang dulu. Hansuke harap kedatangan Gya membuat Samuel bisa kembali seperti dulu. "Lah, yang bos besar di sini kan Tuan Aldebaran bukan Anda." perkataan Gya yang sangat berani malah menarik Aldebaran. Lelaki itu tersenyum pada Gya, "Kamu boleh berpindah posisi, saat kamu merasa anakku adalah jelmaan iblis. Kalau belum kamu harus setia di sampingnya. Kalau ada pekerjaan di luar jam kerja, kamu akan diberikan bonus. Sebab, saya tahu anak saya pasti akan menyusahkan kamu nantinya." Samuel mendengus ketika tatapan mata Gya berbinar pada lelaki yang jadi Papanya itu. Samuel tidak menyangka jika Papanya memiliki fans dan fansnya adalah sekretarisnya?! Orang yang seharusnya dia idamkan adalah Samuel tapi wanita itu malah memilih Papanya? Kegilaan seperti apa ini?! Semesta tidak adil padanya. "Baik, Tuan Aldebaran. Saya akan menjalankan pekerjaan semampu saya. Jika saya tidak sanggup, izinkan saya dan Pak Haris berukar posisi." "Tentu, saja. Lanjutkan makannya. Kita bicarakan yang ringan-ringan." Samuel mengutuk siapa saja yang mau mengambil Gya darinya. Termasuk sepupunya yang kini menampilkan wajah mengejeknya. Sial sekali Gya! Kenapa wanita itu bisa merebut semua perhatian para lelaki, apa perlu dia kurung saja Gya? Tapi siapa Aldebaran? Apa haknya dia melakukan semua itu? ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN