Ethan sudah hendak berbaring dan memejamkan mata ketika pintu kamarnya terbuka tiba-tiba, Alya masuk sambil menghela nafas panjang.
“Aku kira sudah pulang,” sambut Ethan dengan senyum tipis.
Alya tak menjawab, ia hanya terus melangkah mendekat ke ranjang Ethan dan duduk di tepi ranjang. Ia menatap Ethan cukup lama tanpa bicara sepatah kata pun.
Ethan tersenyum, tapi matanya sama sekali tidak berbinar. Ia lelah sekali, ia ingin tidur sekarang juga. Tapi ia juga tak ingin melewatkan kesempatan langka ini–ketika Alya berada amat dekat dengannya.
Ah, kapan terakhir kali mereka berada dalam jarak sedekat ini?
Seingat Ethan sekitar satu bulan yang lalu. Dan ia tak menyangka bahwa dirinya masih bisa hidup tanpa bertemu dengan Alya sebulan penuh. Tapi sekarang, dadanya terasa hampir meledak s
