“Maaf, Eyang,” ucap Ethan pada Kartini sepeninggal Elvina. “Aku tahu Eyang ke sini untuk menyaksikan kelahiran cicit pertama Eyang, tapi aku nggak bisa kehilangan Alya.” Kartini menghela nafas dan menggenggam tangan Ethan. “Eyang paham kok. Pasangan adalah satu-satunya orang yang mencintai kita apa adanya. Bukan karena ada hubungan darah atau kekeluargaan, tapi benar-benar karena rasa cinta. Jadi Eyang paham kenapa kamu lebih memilih Alya daripada bayi yang dia kandung.” Ethan terduduk di sofa, wajahnya terlihat pelik. Semua orang tak ada yang berani mendekatinya, khawatir salah bicara. Karena mereka tahu pasti bahwa Ethan juga merasa bersalah pada bayi yang dikandung Alya. Apalagi jika Alya nanti sadar, apa yang harus ia katakan pada sang istri jika bayinya tidak berhasil diselamatkan?