Alya masuk ke mobilnya dengan wajah tanpa ekspresi. Ia menghela nafas panjang, menyandarkan punggungnya, memejamkan mata rapat-rapat. Ia mencoba untuk meredakan ombak kegelisahan dan ketakutan yang kini menjadi badai di hatinya. “Tenang, Al.” Ia mulai berbisik pada dirinya sendiri. “Kata dokter kankernya masih stadium awal. Masih ada banyak cara yang bisa dilakukan buat bisa sembuh.” Alya terus mensugesti dirinya dengan kalimat-kalimat positif agar badai perasaan di hatinya mereda. Namun semakin lama ia bicara, kenyataan bahwa tubuhnya kini digerogoti kanker semakin membuat badai di hatinya menggila. “Kankernya juga belum menyebar ….” Alya terus bicara pada dirinya sendiri sambil mengatur nafas, tapi kini suaranya mulai bergetar. “Masih bisa dioperasi buat ….” Kalimat Alya terhenti, su