“Mmm ….” Desahan lembut Valen menggema di dapur. Kepalanya terdongak, memberi akses pada Nathan untuk menciumi lehernya. Satu tangannya melingkari leher Nathan, sementara tangan lainnya mencengkram pinggiran meja untuk menopang tubuhnya yang semakin lama terasa semakin lemas gara-gara serangan Nathan. Pisau dan buah apel yang tadi hendak Valen kupas sudah terlupakan di atas meja. Rasa ingin makan manis pun sudah sirna dari mulut Valen. Karena saat ini, rasa bibir Nathan sudah cukup manis untuknya. Beberapa hari setelah kejadian ‘malam pertama’ tanpa disengaja itu, sudah menjadi hal lumrah jika Valen dan Nathan tiba-tiba berhenti melakukan kegiatan mereka dan beralih untuk saling mencumbu. Hari ini pun tak ada bedanya. Awalnya Nathan yang baru pulang kerja tersenyum saat mendapati Valen