“Jadi pergi, Dek?” Hesti masuk ke kamar Alya saat si pemilik kamar sedang bersiap-siap di depan cermin. Ini sudah minggu ketiga setelah operasi transplantasi hati. Tubuh Alya sama sekali tidak menunjukkan penolakan terhadap hati baru yang dicangkokkan ke dalam tubuhnya. Hanya saja, ia benar-benar menyerahkan urusan pekerjaan pada Reyna dan menolak hampir semua klien. “Jadi, Ma.” Alya tersenyum tipis, memakai sebuah anting berbentuk sederhana ke telinganya. Ekspresi Hesti berubah pelik. Ia duduk di tepi ranjang, menatap Alya lewat cermin. “Kamu yakin mau bercerai dengan Ethan?” tanyanya. Gerakan tangan Alya langsung terhenti, ia menoleh. “Mama tanya apa?” “Kamu yakin mau bercerai?” Alya menatap mamanya cukup lama, seolah pertanyaan Hesti sangat aneh. “Mama tahu apa yang Ethan lakukan