"Ya ampun, nggak nyangka banget ya." Kalimat itulah yang terakhir kali aku dengar dari Ibu-ibu ini, tidak mau berbicara lebih panjang lagi aku memilih pamit, tapi sepertinya terlalu sibuk menikmati pertunjukan senjata makan tuan membuatku lupa jika ada Mas Dirga yang masih memperhatikanku dengan lekat. Sedari awal hingga akhir tentu dia melihat apa yang aku lakukan membuatku kini tersenyum canggung kepadanya. Mas Dirga memang tidak bereaksi atau menegur atas apa yang aku lakukan, tapi aku tahu dengan benar di dalam otak pintar seorang Perwira yang sebagai Bagyanduan ini menangkap gelagat miring yang tersirat di sikapku. Aku boleh berpura-pura polos dan manis di hadapan Ayah, tapi lambat laun pria yang telah menjatuhkan hatinya padaku ini akan menyadari jika hadirku kembali di tengah kese

