2. Bercerai

1560 Kata
Suara tamparan keras mendarat di pipi Alexandra dengan disaksikan oleh pelayan di rumah. Dengan wajah merah, Beth menatap Alexandra dengan tatapan murka. “Apa yang kau lakukan pada bajuku hingga seperti ini?! HAH?!” bentak Beth melempar salah satu baju kesayangannya ke wajah Alexandra yang tengah memasak di dapur. Mathilde yang berdiri di belakang sang ibu menyeringai puas. Tanpa tahu apa-apa, Alexandra membungkuk mengambil baju tersebut lalu memeriksanya dan menemukan ada sebuah lubang yang cukup besar tepat di bagian tengahnya. “Ibu, aku tidak tahu tentang ini. Aku tidak pernah-” “Tidak usah mengelak, Alexandra. Jika bukan kau, siapa lagi yang bisa melakukan kecerobohan seperti itu?” Mathilde memotong dengan seringai liciknya. Saat itulah Alexandra tahu bahwa insiden baju ini adalah ulah wanita itu. Mathilde kembali menjebaknya dengan hal-hal kecil seperti ini agar dirinya kembali menerima amukan Beth. Bisa dibilang, ini adalah salah satu hiburan bagi wanita itu untuk mengusir rasa bosan. Alexandra menunduk seraya meremas baju itu. “Aku minta maaf, Ibu.” “Lihat, Ibu. Sudah kubilang kalau dia pelakunya.” Mathilde kembali memprovokasi. “Dasar tidak becus! Beraninya kau menyentuh baju kesayanganku!” Tamparan kedua kembali mendarat mulus di pipi Alexandra. “Sudah kubilang untuk setidaknya jadilah berguna di keluarga ini! Tapi, kau terus melakukan kecerobohan dan membuatku marah! Sungguh malang nasib putraku menikah dengan wanita rendahan sepertimu! Mulai malam ini hingga besok, tidak ada makanan untukmu!” Beth dengan wajah marah langsung pergi dari sana. Alexandra hanya bisa terdiam mendengar makian dan hukuman untuknya. “Makanya, lain kali kau harus lebih hati-hati, Alexandra. Jangan sampai nanti kau juga sampai merusak baju kesayanganku.” Mathilde melengos pergi dengan tawa liciknya. “Ya, ampun, Nyonya Muda!” Sana segera berlari memeriksa pipi Alexandra yang memerah dan bengkak. “Cepat ambil es batu.” Melda mengangguk kemudian bergegas berlari menuju lemari pendingin. “Anda baik-baik saja, Nyonya Muda?” tanya Elisha khawatir. “Nyonya Muda ditampar dua kali dengan keras, apakah dia masih bisa baik-baik saja?” Sana menyela. “Ini es batunya.” Melda memberikan sekantong es batu pada Sana. Dengan cekatan, Sana mengompres pipi Alexandra yang terasa perih. “Terima kasih,” ucap Alexandra tersenyum lemah. “Ini sudah seharusnya, Nyonya Muda. Dan lagi, Nona Kecil pasti akan sangat khawatir jika melihat pipi Anda seperti ini,” tutur Elisha yang diangguki oleh Melda. Sana lantas mendengus sebal. “Ini pasti ulah Nenek Lampir itu lagi! Dia yang merusak baju Nyonya Besar dan sengaja menuduh Nyonya Muda!” “Memang siapa lagi yang akan melakukan hal licik seperti itu? Kau tidak lihat wajahnya yang sangat puas saat Nyonya Muda dihukum?” Elisha menambahkan. “Sungguh kekanakan. Dia benar-benar definisi orang yang luar dalamnya sama-sama busuk!” Melda menyilangkan tangan kesal. Di tengah cemoohan mereka bertiga, Alexandra hanya bisa diam dan menerima semuanya dengan lapang dadaa. Beth tidak bisa menagih uang padanya sehingga hanya bisa memberikan hukuman untuk menyiksa dirinya. Itulah mengapa berat badan Alexandra banyak berkurang dalam empat tahun pernikahannya. “Terima kasih.” Ia mengulas senyum pada ketiga pelayan yang selalu memperlakukannya dengan baik. *** Alexandra tak berhenti menatap pintu utama, berharap Joshua pulang malam ini. Namun, hingga jam sebelas malam, pria itu tidak kunjung menampakkan dirinya. Ia bahkan sengaja menidurkan Nora lebih cepat malam ini agar bisa merayakan hari jadi pernikahan berdua dengan Joshua. Tak tahan terus menunggu, Alexandra memberanikan diri untuk pergi ke club Orchid. Setelah bertanya pada seorang pelayan, akhirnya ia menemukan ruang pribadi milik Joshua. Joshua adalah pelanggan tetap di club itu, jadi tidak sulit untuk mencari dirinya. Alexandra membuka pintu di hadapannya dan menemukan Joshua sedang berpesta bersama beberapa pria yang tidak ia kenal. “Oh! Lihat siapa yang datang. Ini dia si penggali emas kita~” seru Brent Errol Cliford, salah tahu teman Joshua. “Penggali emas? Apa dia wanita yang selalu kau bicarakan itu?” Brent mengangguk membenarkan. “Kau harus hati-hati padanya. Bisa saja dia berbelok ke arahmu setelah menggali semua emas di rumah Joshua.” “Yah, aku tidak akan mempermasalahkan jika dia menggali emas di rumahku. Tapi, tidak dengan tubuh kurus seperti itu. Apa yang bisa dilihat darinya?” Pria-pria tersebut lalu tertawa terbahak-bahak dengan lelucon yang merendahkan Alexandra. Namun, Alexandra mengabaikan mereka dan hanya fokus pada Joshua. “Joshua, bisakah kau ikut pulang bersamaku sekarang?” Alexandra memohon, mengabaikan tatapan merendahkan orang lain yang juga berada di ruangan itu. Tapi, Joshua yang duduk di sofa hanya menatapnya dengan tatapan tak acuh tanpa berkata apa-apa dan malah melanjutkan percakapan bersama teman-temannya. Pria itu mengabaikannya seperti orang asing yang tidak tahu malu. Menahan malu, Alexandra kembali berkata, “Joshua, hari ini adalah hari jadi pernikahan kita.” “Terserah. Aku sama sekali tidak tertarik yang disebut hari jadi itu.” Tatapan Joshua tampak lebih dingin. “Tapi, aku su-” “Berhentilah berakting, Alexandra Letizia. Aku tahu apa yang kau inginkan dengan datang kemari,” sela Joshua dengan nada sarkas. Ia lalu mengeluarkan beberapa lembar cek dari dompetnya kemudian melemparnya ke kaki Alexandra. “Itu yang kau inginkan, bukan? Ambil dan pergilah. Berhenti mengganggu kesenanganku.” “Benar. Pergilah jika kau sudah mendapatkan yang kau inginkan! Berhenti merusak suasana!” “Aku sangat benci wanita sepertinya. Rela melakukan apa saja demi uang.” “Hei, penggali emas! Cepat ambil uang itu dan pergi dari sini!” Mendengar ejekan pria-pria itu, Alexandra mengepalkan tangannya erat-erat hingga kukunya menusuk telapak tangannya. Bukan karena pria-pria itu telah mempermalukan dan merendahkannya, melainkan karena Joshua bahkan tidak memiliki niat sedikit pun untuk membelanya. Itu lebih menyakitkan dari pada dipermalukan di hadapan banyak orang. Tak lama, pintu terbuka dan suara seorang wanita memecah keheningan. “Maaf semuanya, aku sedikit terlambat.” Candise Gabriella Wayne masuk mengenakan dress pendek dengan punggung terbuka melangkah duduk tepat di samping Joshua tanpa menyadari kehadiran Alexandra. Wanita itu meletakkan tasnya di samping, menyandarkan kepalanya di bahu Joshua seraya membelai halus dadaa pria itu, kemudian berkata dengan suara lembut, “Joshua, maaf aku terlambat. Kau tidak akan marah padaku karena itu, ‘kan?” Seolah merasakan ada yang aneh dengan suasana di ruangan itu, Candise akhirnya melirik ke arah Alexandra kemudian menyeringai penuh penghinaan. “Bukankah kau istri Joshua? Apa yang kau lakukan di sini?” Alexandra hanya diam tanpa berniat menjawab. Sementara Joshua terus meneguk minumannya. Candise lalu melihat cek di kaki Alexandra dan seketika mengerti dengan situasinya. “Jadi kau datang untuk minta uang lagi? Sangat lucu karena seorang penggali emas sepertimu bisa menikah dengan Joshua. Jika kau sangat mencintai uang, datang saja padaku dan berhenti mengganggu Joshua. Aku bahkan akan memberimu lebih.” Semua orang tertawa dengan ucapan Candise yang menusuk hati Alexandra begitu dalam. Ini bukan pertama kalinya Candise memprovokasi Alexandra dan biasanya ia hanya membalas kata-k********r itu dengan senyuman lembut. Tapi, Candise menghinanya tepat di hari jadi pernikahannya, itu tidak ada bedanya dengan merampas harga dirinya dan menginjak-injaknya di lumpur kotor. Alexandra merasa sangat malu. Rasanya empat tahun pernikahannya dengan Joshua terasa seperti lelucon. Sementara Joshua di tempatnya memegang gelas wine dengan sikap bak seorang raja yang tak acuh seolah apa yang terjadi tidak berhubungan dengan dirinya. Alexandra mengulas senyum, mengejek kebodohan dirinya sendiri. Bahkan di saat ini, ia masih berharap Joshua akan melindunginya, padahal pria itulah orang yang paling menyakitinya selama ini. Jika saat itu Alexandra tahu bahwa hal ini akan terjadi, akankah ia mengambil keputusan berani yang sama? Alexandra telah kehilangan penglihatan mata kirinya karena Joshua, namun tidak ada yang mengetahui pengorbanannya itu. Alexandra kembali teringat bahwa ia berusaha belajar memasak untuk Joshua, tidak pernah menyerah walau berapa kali jarinya terus terluka. Tapi, Joshua tidak pernah memakan bekal yang dia masak secara khusus. Pria itu bahkan tidak segan membuang bekal yang ia bawa di hadapan semua karyawannya. Alexandra rela merendahkan dirinya di rumah Carter demi bisa bertahan di sisi Joshua. Tapi, pria itu bahkan tidak pernah bersamanya pada saat Alexandra membutuhkannya. Joshua sedang merayakan ulang tahun Candise saat Alexandra mengalami demam tinggi seorang diri. Joshua sedang menemani Candise syuting di luar kota ketika Alexandra meringkuk di tempat tidur, ketakutan oleh guntur di malam yang diselimuti hujan deras dan kesiur angin kencang. Alexandra menghabiskan hampir setiap hari sendirian selama empat tahun pernikahan mereka. Dan Joshua telah berkali-kali membuktikan padanya bahwa pria itu tidak pernah mencintai Alexandra sedikit pun. Berkali-kali Alexandra bertaruh demi cintanya, tapi pada akhirnya ia tetap kalah. Alexandra telah memberikan segalanya dengan harapan bisa memenangkan hati Joshua, tapi ia hanya diberi penghinaan dan direndahkan. Ia tidak bisa lagi menahannya kali ini. Alexandra membungkuk, mengambil cek di depan kakinya. Saat semua orang menyeringai, berpikir bahwa ia telah menunjukkan sifat aslinya, Alexandra langsung merobek cek itu dan membuangnya ke lantai, membuat semua orang terbelalak tak percaya. “Apakah itu adalah trik baru agar dia diberi uang lebih banyak?” Salah satu dari pria itu lantas melempar sejumlah cek lainnya pada Alexandra. “Ambillah. Mengingat wajah Joshua, aku memberikan lebih padamu.” Bukannya mengambil cek itu, sambil menahan air mata, Alexandra langsung menginjak cek itu. Membuat pria tersebut mengutuknya. Kemudian tanpa mengatakan apa pun, Alexandra keluar dari ruangan dan menumpahkan tangisnya di dalam toilet. Cukup lama Alexandra menangis sampai akhirnya ia terdiam beberapa saat, merenung. Sampai akhirnya, ia mencapai sebuah keputusan besar. Tanpa ragu ia segera menghubungi Joshua. “Apa? Sekarang kau menyesal pergi tanpa mengambil uang itu? Belum terlambat untuk mengambil cek lainnya.” Joshua bertanya merendahkan. Alexandra memberi jeda sejenak sebelum berkata, “Aku ingin bercerai.” *** To be continued.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN