“Joshua, apa maksudnya ini?” tuntut Beth sambil menunjuk cincin di jari Joshua, mengabaikan tas mahalnya yang jatuh. “Mungkinkah kau memendam perasaan pada Alexandra?” Selama ini Beth yakin kalau Alexandra-lah yang selalu mengganggu Joshua. Tapi sekarang, keyakinannya goyah saat melihat cincin itu. Tatapan Joshua juga tertuju pada benda itu. Sebuah cincin yang dipilih dengan ketidakpedulian sehingga berbatasan dengan dendam. Saat itu, ia terpaksa menikah dengan Alexandra dan tidak berminat mengatur pernikahan mereka dengan baik. Bahkan cincin mereka hanyalah sepasang cincin acak yang ia beli di toko perhiasan. Ia tidak peduli bagaimana penampilan cincin itu atau berapa harganya. Joshua masih ingat bahwa pegawai toko menyarankannya untuk membeli desain yang lebih rumit dan spesial, secar