*** Hamera masih di posisinya, duduk meringkuk diatas sofa sambil memeluk tubuh atasnya yang polos. Tidak jauh dari posisinya, blouse-nya yang terkoyak berserakan di lantai. Bekas cambukan di punggungnya yang putih mulus terlihat jelas, memerah sedikit kebiruan. Pipinya memar dan kedua sudut bibir yang mengeluarkan darah segar. Hamera merintih kesakitan sambil terus terisak pilu. Ia menggeleng kuat dan memohon ampun ketika melihat sosok asing itu berdiri mematung di ujung sana sana memandang ke arahnya. Ozzie! Pria itu menelan ludah dengan kasar— menatap nanar pada objek yang menyita perhatiannya sejak beberapa menit yang lalu. Rasa bersalah semakin menyeruak dalam hati ketika melihat kondisi Hamera disana. Perlahan ia menggerakan kedua kaki, memaksakan langkah walau gontai, ia menuj