Malam ini aku kedatangan tamu dari Jogja. Mereka adalah Naya dan suaminya. Mereka ada acara di Jakarta, jadi aku minta mereka mampir ke rumah barang sebentar. Naya bilang, yang ada acara sebetulnya hanya suaminya saja, sementara dia disuruh ikut. Ngomong-ngomong suami, dia berhasil menikah dengan Si ‘Masnya’ yang dulu sering dia ceritakan padaku. Dan memang betul tebakanku dulu, kalau Si Masnya Naya itu adalah Iqbal adik kelasku SMA yang juga sahabat Ara. Aku benar-benar merasa duniaku ini sempit sekali. “Masih mules, Dek?” Naya yang tadinya duduk di sebelahku langsung berdiri begitu melihat anak dan suaminya keluar dari kamar mandi. Naya bilang, anaknya itu jauh lebih dekat dengan suaminya daripada dirinya sendiri. Bahkan untuk urusan kamar mandi sekalipun. “Enggak, Ma, tapi lemes.”