"Gimana kabar, Bang Angkasa, Rey?" Suara Syakira lirih tapi cukup jelas terdengar di antara gemuruh mesin pesawat. Dia duduk di kursi nyaman kelas bisnis, menyandarkan tubuhnya ke jendela, memeluk selimut bulu tipis dari maskapai. Mata sembab dan pipinya masih tampak basah meski air mata sudah lama berhenti mengalir. Reynaldi menoleh cepat dari kursinya yang berada tepat di samping Syakira. "Dah lah, kamu jangan mikirin dia terus!" Nada suaranya keras, membuat seorang pramugari sempat melirik sekilas. "Kita pindah kuliah ke Belanda gara-gara kelakuan gilamu sama dia." "Lagian kenapa kamu ikutin aku?" Syakira menatap tajam dan mendengus kesal. "Harusnya kamu protes ke Ayah Cakra, bilang sama dia kalau kamu enggak pindah!" "Mana bisa!" balas Reynaldi cepat, kini nadanya lebih pelan tapi