Sudah 24 jam Irgi di Manhattan. Lantai tiga rumah sakit itu memiliki balcony garden yang jarang diakses oleh para pengunjung. Mungkin karena di lantai tersebut hanya ada ICU, bangsal rawat inap dan laboratorium. Irgi ada di taman, duduk santai seraya memastikan ilmu kedokterannya selama enam tahun terakhir tak rontok saat magangnya nanti. “Bang?” Irgi mengangkat pandangannya, menatap Alisha yang memanggilnya dari batas taman dan ruang tertutup. “Ya, Tan?” “Zhen sadar. Bisa tolong panggil Om?” Irgi sontak berdiri. “Aduh,” ringis Alisha, sementara Irgi malah mencengir. Sangkin antusiasnya mendengar Zhen sudah bangun, kepalanya terantuk pot gantung yang memang penempatannya dibuat berundak. Irgi melanjutkan langkahnya, meninggalkan taman. “Kok Tante keluar?” “Zhen lagi diperiksa sam