“Kamu langsung balik?” tanya April saat Irgi membukakan pelindung kepalanya. Setengah jam sebelum waktu tugas April hari itu dimulai. “Ngga, boo. Mau jalan aja dulu.” “Ke mana?” “Mutar-mutar aja. Nyari tempat yang enak buat nongkrong sambil nunggu jam pulangnya Ayah.” “Ayah?” Irgi mengangguk tegas. Setidaknya ia harus menjajal peruntungannya untuk melembutkan hati Rasyid dan menerimanya kembali bukan? “Hebat ih ga takut sama Ayah yang lagi mode marah begitu.” “Kata siapa, boo? Ngebayangin mukanya Ayah aja aku aritmia. Ngga anaknya ngga bapaknya sama aja emang, bikin jedag-jedug.” April spontan tergelak. “Udah ah! Waktu sama kamu mah ga akan ada cukupnya. Aku kerja dulu ya Sayang?” “Oke. Fighting ya, baby.” “Bye, Irgi. Jangan lupa jemput aku,” ujarnya manja. “Bye, boo. Siap, nant