April melingkarkan kedua tangannya di tubuh Irgi, memeluk erat, membekap wajahnya di d**a prianya. Tangisnya masih terdengar menyayat hati, tak pula sanggup merespon kalimat panjang Irgi. “Boo, mau kan? Answer me please, baby.” Entah mengapa, setiap kali Irgi mengutarakan pertanyanyaan, April justru semakin menangis. Akhirnya, Irgi tak lagi bicara, memilih untuk membalas dekapan April. Hingga .... “Irgi?” “Hmm?” “Aku mau dilamar,” ujar April. Terpatah-patah karena beradu dengan isaknya. Irgi sontak terkekeh, mengeratkan pelukannya, lalu mengangguk. “Irgi?” Irgi melonggarkan rengkuhannya, memberi jarak di wajah mereka. Ia lalu mengulurkan satu tangan, mengambil tisu di atas meja, mengusap paras dewi gadisnya. “Sampe ingusan tuh. Jorok ih!” canda Irgi. “Iiih!” “Mau srot ga?” “Ir