Desember 1994. “Apakah pesananku sudah selesai? Atas nama Pranata,” ujar Irgi saat tiba di sebuah toko di London, hendak mengambil oleh-olehnya untuk April. Pramuniaga toko itu mengangguk, beringsut menjauh untuk mengambil benda yang ditanyakan kliennya. “Oke,” ujar Irgi begitu menelisik dengan teliti hasil pesanannya. Selesai dengan urusan pembayaran, Irgi segera meninggalkan toko. Di tepi jalan utama ia memberhentikan sebuah taksi, lalu masuk ke jok penumpang. “Good afternoon, sir,” ujar sang driver. “Good afternoon,” balas Irgi. “Heathrow Airport, please.” “Very well, sir.” Taksi melaju dalam kecepatan normal, Irgi menoleh ke jendela kaca di sampingnya, menatap apapun yang nampak di sepanjang jalan tanpa benar-benar memahami apa yang dipandangnya. Pikirannya tak lagi di London a