Entah sudah berapa lama keduanya berciuman seperti itu, menabung memori romantis sebagai pengendali rindu hingga pertemuan selanjutnya. Irgi tak pernah rela melepas April, pun April tak pernah rela meninggalkan Irgi.
‘Kalau aja bisa nikah drive through, udah aku nikahin kamu sekarang, boo.’
“Mikirin apa?”tanya April.
Irgi terkekeh lalu mempertemukan puncak hidung dan kening mereka.
“Tiba-tiba kepikiran aja nikah drive through.”
April turut tergelak, sementara Irgi menciumi wajah gadisnya lagi.
“Harusnya aku iyain ajakan kamu waktu itu ya Gi?”
“Ajakan seks?”
“Nikah.”
“Oh. Nyesal ya?”
April mengangguk sejujur-jujurnya.
“Mmm ... coba nanti atur waktu ya, soalnya ga bisa tiba-tiba pulang, boo. Jadwal di rumah sakit bakalan berantakan.”
“Kok jadi serius?”
“Emang kamu ga serius kepi
