Anggita itu punya aturan, pantang bikin moment makan bersama menjadi tidak nyaman. Jadi, esok paginya, ia harus berusaha keras untuk menahan mulutnya agar tak mengusik sang putra saat fokus mencerna sepiring nasi uduk lengkap dengan segala lauk pendamping. Apalagi di meja itu ada adik-adik Irgi, makin tak leluasalah sang permaisuri. Berbeda halnya dengan Irgi. Ia yang sudah amat sangat paham pantangan sang ibu, justru makan dengan santainya. Kayak ga ada apa-apa. Seolah ga lihat wajah Anggita yang kian kaku. Mending pura-pura bego kan daripada diceramahin soal ciuman sama anak gadis orang? Tengsin amat! Irgi malah sibuk memandangi Borne. Bocah itu, memang jarang bicara, tapi otaknya seolah memiliki kemampuan lebih dalam hal fotografi. Bukan baru sekali ini Irgi mendapati Borne menorehkan