Sekitar pukul setengah lima sore Irgi dan April sudah kembali ke pendopo khusus untuk persiapan resepsi. Agak tergesa karena memang butuh waktu untuk memperbaiki riasan selepas wudhu untuk shalat magrib nanti. Irgi sendiri menyusul masuk ke ruang rias setelah mengambil sepiring nasi lengkap dengan lauk pauknya. “Boo, udah makan?” “Makan kue aja tadi.” “Saya sambil nyuapin istri boleh Mbak?” tanya Irgi pada Zia. Zia terkekeh, lalu mengangguk. Irgi menarik kursi ke samping April dengan posisi berlawanan agar bisa berhadapan dengan istri barunya. “Boo? Harus pakai itu?” tanya Irgi seraya mendelik ke bulang yang diletakkan di atas nakas di samping meja rias. “Iyalah Suami!” Irgi mesem-mesem, salah tingkah sendiri. “Ngga berat ya?” “Mmm ... lumayan sih kayaknya kalau untuk dua setengah