WINTER-02: BINTANG YANG HILANG

2200 Kata

“Bang?” “Kenapa?” “Jangan bilang anak-anak ya soal sindrom gue ini.” Irgi dan Dirga tak langsung pergi setelah selesai dengan konsultasi bersama Holden tadi. Dirga meminta waktu sejenak, bersantai di taman rumah sakit. Masing-masing tangan mereka menggenggam peppermint tea untuk disesap perlahan setelah menghindu aroma menenangkan cairan itu. “Oke,” ujar Irgi tanpa ragu. “Bukan gue ga percaya sama anak-anak, Bang.” “Gue paham, Ga. Lo aja masih harus berusaha nyaman dengan kondisi lo. Ga perlu mikirin perasaan orang lain. Oke?” “Iya, Bang.” “Udah siang nih. Mau makan siang di mana?” “Jangan di Granny.” Irgi tau, Dirga tengah tak ingin ditanyai. Ia butuh waktu pribadi untuk berdamai dengan sisi dirinya yang masih tak menerima ketidaknormalan yang ia sandang. “Oke. Kita makan dekat

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN