"Aku ingin berbicara denganmu Diwan." Tercenung sesaat setelah mendengar ucapan yang keluar dari bibir Dimas. Diwan mencoba berpikir positif, mungkin sang kakak hendak membicarakan masalah perusahaan. Diwan pun mengangguk tanpa berpikir panjang. Dimas dengan santainya menggandeng tangan Medina untuk ikut pula duduk di sofa. Posisi keduanya saling berhadapan kini. Kemudian disusul, Adiwilaga dan Nismara yang langsung duduk pula di sofa single yang berseberangan. Kini, formasi mereka berlima membentuk lingkaran melingkari meja kaca di depan mereka. "Apa tidak terlalu berlebihan membiarkan ajudan dan juga pengurus vilamu untuk ikut bergabung dalam perbincangan serius kita, Kak?" "Sama sekali tidak berlebihan, Diwan. Karena tanpa mereka berdua, mungkin aku dan Medina akan selamanya men