Di sebuah jalanan asing, Adiwilaga bertemu dengan Nismara. Hanya terdiam satu sama lain, hingga dalam keadaan saling menatap itu, mereka pun saling berbicara dengan isyarat mata. Mereka berdua putuskan untuk menyusuri jalan asing yang membentang di hadapan mereka ini. Jalanan tersebut beraspal halus, namun di sisi kiri dan kanannya tidak ada satupun bangunan yang berdiri, pun juga tanaman yang tumbuh liar sekalipun. Tandus, akan tetapi hawanya sangat mencekam. Suasana di sini sore hari, itu semua karena cahaya matahari yang tampak jelas tertangkap mata itu—perlahan beranjak. Tanpa tahu kemanakah nantinya mereka akan berhenti, keduanya tetap menyusuri jalan membentang itu, sembari mencari jalan bercabang apabila ada. Dan benar saja, di depan mereka ada sebuah jalan bercabang yang menyambut