Tiga Belas

776 Kata
'Jangan mencari yang sempurna untuk bersamamu. Jadilah sempurna bersama. Saling melengkapi, dan memperbaiki diri bersama.' [Berubah] Maura tersenyum saat melihat dirinya sudah terlihat sangat cantik dicermin. Ia meraih tas selepangnya yang hanya memuat sebuah laptop dan dua buku. Ia pun keluar kamar dan menuruni anak tangga menuju ruang makan. Matanya terbelalak saat melihat sudah ada Farrel disana bersama Kenzo dan Clarissa. Pria itu tersenyum miring menyambut kedatangan Maura. Clarissa yang menyadari kedatangan Maura tersenyum. "Sini sarapan, sayang. Farrel udah dari tadi loh," Maura pun langsung duduk disamping Clarissa sekaligus berhadapan dengan Farrel. "Pasti bangun siang. Kebo dasar," ejek Farrel membuat mata Maura membulat. "Ya, guekan emang gak suka berangkat cepet! Sengaja, kok!" Pekik Maura tak mau kalah. Kenzo dan Clarissa terkekeh. "Yaudah buruan kalian sarapan," titah Kenzo yang langsung dituruti keduanya tapi bibir Maura masih mencebik tak senang. Farrel terkekeh gemas melihat ekspresi bete Maura. °•° Well, akhirnya mereka berangkat. Farrel terlihat fokus menyetir, sedangkan Maura tengah sibuk memainkan ponselnya. "Kalo lagi sama gue, jangan main hape terus." Ujar Farrel yang membuat Maura langsung mematikan layar ponselnya dan menyimpannya ke dalam tas. "Iya, sorry.." "Ra, jangan buat ulah lagi, ya." Ujar Farrel tiba-tiba yang membuat Maura menoleh pada pria itu. "Ulah?" "Ya, bully anak orang misalnya. Atau cari masalah kayak yang biasa lo lakuin," Farrel mengambil satu tangan Maura dan mengelusnya lembut. "Gue gak suka liat lo kayak gitu," Kalau sudah begini mana mungkin Maura bisa menolak. Luluhlah sudah hatinya. "Kita saling bantu perbaikin diri masing-masing, ya?" Darah Maura berdesir mendengar kalimat itu. Memang Farrel adalah jodoh terbaik yang Tuhan telah kirimkan untuknya. Maura mengangguk diiringi senyumnya membuat Farrel ikut tersenyum dan mencium tangan gadis itu lembut. Farrel itu memang kekanakan dan menyebalkan kadang, tapi disaat yang bersamaan, pria itu juga bisa sangat dewasa tiba-tiba. Hal itu membuat Maura semakin mencintai pria di sampingnya ini. °•° Kali ini Maura, Lala dan Farah tengah asik makan dikantin. Sesekali mereka tertawa kalau perbincangannya sudah mengandung unsur humor. Tiba-tiba, Chika, salah satu gadis yang juga masuk dalam list sasaran bully-nya itu tersandung hingga mendorong meja makan mereka. Membuat semua makanan yang ada diatas meja itu tumpah berantakan tak berbentuk. Chika memang tidak cupu, tapi gadis itu terlihat sangat mencari perhatian pada dosen-dosen hal itu membuat Maura, Farah dan Lala dulu sangat gencar membully-nya. Sekarang sudah jarang membully-nya. Tapi siapa sangka, sekarang gadis itu malah maju sendiri menawarkan dirinya sebagai umpan. "Ma-Maaf! Gue gak sengaja.." lirihnya sambil menunduk takut. Bahkan seisi kantin sudah menontonnya karna tahu akan ada pertunjukan menyenangkan untuk mereka. Farah bangkit duluan disusul oleh Lala. Biasanya Maura yang lebih antusias. Tapi kini? Bahkan gadis itu hanya duduk diam tak berkutik mengingat bagaimana pesan Farrel padanya tadi pagi. Bahkan suaranya masih terngiang diotak Maura. "Berani ya, lo, numpahin makanan kita!" Farah menarik rambut Chika ganas. "Akkhhh, sakitt!! S-Sumpah, gu-gue gak sengaja.." rintihnya sambil semakin menundukan kepalanya agar jenggutan pada rambutnya mengendur walau sedikit. "Gak sengaja lo bilang?!" Pekik Lala tak suka. Gadis itu menangkup dagu Chika kasar. Terlihat Farah hendak menampar Chika, Maura langsung bangkit. "Stop!" Hening. Farah dan Lala langsung menoleh pada Maura. "Udah, Fa, La." Ujar Maura yang membuat alis Farah bertaut. "Apaan sih, Ra? Tumbenan banget lo kayak gini." Terlihat Farah tak suka sekali dengan perubahan sikap Maura. "Udah. Gue rasa kita udah terlalu keterlaluan." Ujar Maura membuat kening Farah dan Lala berkerut heran. "Apaan sih, lo. Gak asik." tukas Farah lalu langsung pergi meninggalkan Maura begitu saja dengan ekspresi kecewa. Lala terlihat kebingungan, tapi akhirnya ia mengejar Farah. Maura mendekati Chika. Maura membantu Chika merapihkan rambutnya yang sudah kusut. "Lo gapapa?" Tanyanya datar pada Chika. Chika mengangguk. "Ma-Makasih.." Di sisi lain Farah yang belum jauh darisana memperhatikan mereka. "Munafik." Hardiknya lalu melanjutkan pergi disusul Lala. Terlihat semua sudah bubar. Maura pun hendak pergi meninggalkan Chika. Tapi tiba-tiba suara seseorang yang sangat ia kenal membuatnya berhenti dan menoleh pada sang pemilik suara. "Gue udah bilangkan supaya lo gak nge-bully orang lagi?" Farrel terlihat memperhatikan betapa tragisnya penampilan Chika saat ini. "Ini bukan perbuatan gue, Farrel! Iya'kan, Chika?" Ujar Maura apa adanya, membuat Farrel menoleh pada Chika menunggu jawaban. Tapi bukannya menjawab, Chika malah menangis. Hal itu membuat Farrel percaya bahwa Mauralah pelakunya. Shit! Nih cewek kenapa sih?! "Gue kecewa sama lo." Kalimat terakhir Farrel dengan tatapan penuh kecewa, karna setelah itu, pria itu membawa Chika pergi ke ruang kesehatan. Meninggalkan Maura sendirian dengan air matanya yang mulai menetes satu persatu. Dadanya begitu sesak. Yang ada dibenak Maura hanyalah rasa sakit yang menyeruak. Disaat ia sudah mau berubah, malah ini yang ia terima. Padahal ia merasa hal yang dilakukannya sudah benar. Tapi.. Kenapa malah jadi begini?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN