'Saat lo udah jadi milik gue, gue gak akan pernah lepas lo sedetik pun, Maura.'
[Percaya?]
Maura hendak memasuki mobilnya tapi tiba-tiba seseorang menggendongnya ala bridal style dan membuatnya duduk dikursi mobil lain samping pengemudi.
Dan pria itu langsung berputar untuk duduk dikursi pengemudi.
"Farrel! Lo ngapain sih pake gendong-gendong segala?! Kan bisa ngomong aja, anak-anak jadi pada ngeliatin tauk!" Pekik Maura menatap Farrel yang sibuk menyalakan mesin mobilnya. "Nanti mobil lo dianter ke rumah," ujarnya santai.
Maura menghela nafasnya sedikit kesal. "Emangnya lo udah gak marah sama gue?"
Farrel tak menjawab.
"Sekarang kita mau kemana?" Demi Tuhan kalau Farrel masih tidak menjawab lebih baik Maura gantung diri dipohon toge.
"Cari cincin,"
Mata Maura membulat. "Gaun sekalian gak?"
Farrel mengangguk membuat Maura tersenyum lebar.
"Farrel, senyum dong." Cebik Maura yang sedari tadi melihat muka datar Farrel.
"Biar apa?"
"Biar gue makin sayang," gombal Maura membuat Farrel meliriknya lalu menyentil hidung gadis itu.
"Sayang Kean maksudnya?" Cibir Farrel.
"Ish Farrel ah, gue udah bilang gue gak suka sama Kean!" Pekik Maura kesal.
"Oh," jawab Farrel singkat membuat Maura mendelik. Semenyebalkan ini pujaan hatinya. Untunglah dirinya sabar.
Maura yakin, Farrel pasti masih belum mempercayai perasaannya. Pria itu masih merasa dipermainkan saja oleh Maura. Ya memang, Maura terlalu cantik untuk serius dalam mencintai seseorang, yang ada dipikiran Farrel, wanita cantik selalu tidak bisa tulus pada satu orang, seperti masa lalunya. Ah sudahlah, Farrel lagi-lagi mengingat itu. Farrel hanya belum bisa terlalu mempercayai seseorang saja.
Tak lama mereka pun sampai disebuah toko emas yang hanya bisa dikunjungi oleh orang-orang yang sejak lahir sudah memiliki sendok perak dimulutnya.
Mengapa? Karna begitu banyak perhiasan yang berkualitas dan mewah.
Mereka dari kedua keluarga yang kaya raya. Wajar saja bila mereka menyianyiakan uangnya untuk pernikahan sekali seumur hidupnya, ya, jika tidak lagi. Hoho.
Maura mulai mencari-cari cincin pernikahan yang cocok untuknya dan Farrel ditemani oleh seorang waiters. Sedangkan Farrel tengah sibuk memainkan ponselnya dan duduk disofa yang disediakan.
Tiba-tiba tak sengaja Maura menemukan sepasang cincin berlian yang menarik perhatiannya. Sangat indah.

"Kak? Bisa ambilin yang ini?" Maura menunjuk cincin didalam etalase itu pada seorang waiters. Ia langsung sigap mengambilkan.
"Ini emang cincin berlian yang lagi recommend disini, Kak. Tau aja deh yang paling bagus, hehe." Ujarnya membuat Maura tersenyum. Tentu saja. Maura ini wanita fashionable dan sangat pintar dalam memilah style dan perhiasan.
Maura langsung menunjukkannya pada Farrel. "Farrel! Suka, gak?!" Tanyanya antusias.
Farrel langsung mengalihkan pandangannya dari ponsel. Ia terlihat menilai cincin itu intens. Membuat Maura menunggu penuh harap.
Dan akhirnya-- "Boleh, deh." Setujunya.
Maura tersenyum senang.
Mereka pun melanjutkan perjalanan mencari gaun.
°•°
Sekarang mereka sudah akan menuju perjalanan pulang.
Tadi pun sudah menemukan gaun dan kemeja pengantin untuk mereka, sayangnya belum ada ukuran, jadi mereka belum mencobanya. Dan entah apa maksud Maura, tapi gadis itu ingin untuk tidak saling menunjukan pakaian pengantin mereka masing-masing sampai hari acara pernikahannya.
Selama heningnya perjalanan, tiba-tiba--
Kriuuukk
Farrel terkekeh. "Lo laper?" Tanyanya.
Maura mengangguk menunjukan puppy eyes-nya.
Terlihat Farrel memutar stirnya, mengganti tujuan ke restoran terdekat.
"Farrel," panggil Maura ditengah keheningan.
"Hm?"
"Lo sebenernya percaya gak sih kalo gue beneran cinta sama lo?" Tanya Maura menatap Farrel serius.
Farrel hanya diam tak menjawab.
"Kalo lo gak percaya, yaudah. Gue capek yakinin lo, gue pacaran sama Kean aja deh." ujar Maura enteng berhasil membuat Farrel menginjak rem mendadak.
"Ish, Farrel kaget!" Untunglah jalanan disini cukup sepi, sehingga tidak terjadi hal yang tidak di inginkan.
"Sana pacaran sama Kean. Gak usah naik mobil gue," ketus Farrel membuat Maura terbahak.
Gadis itu langsung memeluk Farrel erat. "Bercanda! Gue cuman sayang dan cinta sama lo. Sumpah, gak bohong." Ujar Maura sambil menggoda Farrel yang terlihat sudah badmood.
Tanpa diduga-duga, Farrel balik memeluk Maura. Membuat jantung Maura hampir melompat dari tempatnya.
"Gue percaya, kok. Jangan nyatain perasaan lo terus. Lo gak taukan, setiap kata dalam pernyataan lo barusan, bisa bikin gue makin gak bisa lepas lo." Ujar Farrel serius masih dengan posisinya memeluk Maura.
Maura diam. Masih sibuk mengatur detak jantungnya yang tidak beres.
"Saat lo udah jadi milik gue, gue gak akan pernah lepas lo sedetik pun, Maura. Lo gak akan bisa berteman bahkan ngomong lagi sama laki-laki, karna gue gak suka. Sebaiknya, kalo lo gak mau berurusan sama yang namanya dikekang, lo putusin itu sebelum pernikahan kita dimulai." ujar Farrel mengingatkan.
Maura melepas pelukan mereka. "Buat apa gue deket sama cowok lain, kalo lo aja udah cukup buat gue, Farrel."
Berhasil. Kalimat yang benar-benar ampuh membuat seorang Farrel akhirnya percaya pada seorang wanita kembali.
"Gue cinta sama lo, Farrel Elzargar Antony." Entah sudah keberapa kalinya, Maura menyatakan perasaannya.
Farrel tersenyum. Ia menarik Maura ke dalam pelukannya lagi. Membuatnya tak lagi menahan perasaannya, karna sekarang ia percaya pada Maura.
Percaya kalau Maura tidak akan mengulang kelamnya kisah cintanya dahulu.
Maura melepas pelukan mereka sambil mencebik. "Lo gak mau bilang lo cinta gue juga gitu?"
Farrel terkekeh melihat ekspresi menggemaskan Maura. Dengan niat menggoda gadis itu, Farrel malah sibuk menyalakan mesin mobilnya kembali.
"Enggak, ah." tolak Farrel.
"Ih, Farrel nyebelin! Ngomong, gak!" Farrel terbahak. Baru kali ini ia menemukan seorang gadis yang memaksa orang lain untuk menyatakan cintanya.
"Gak mau,"
"Ish Farrel, buruan! Bilang, love you too, gitu!"
Farrel terbahak. Melihat paksaan Maura yang seperti itu, membuatnya jadi memiliki niat jahil untuk gadis itu.
Lihat saja, Farrel tidak akan main-main bila sudah mencintai seseorang dalam hidupnya.