Sepanjang jalan, tangan Rhea menggenggam erat kemudi, seolah mencari pegangan agar hatinya tak runtuh. Pelukan Devan tadi masih membekas di tubuhnya—hangat, lembut, menenangkan. Tapi bersamaan dengan itu, pikirannya kembali ke rumah Lyla, membayangkan pelukan serupa diberikan suaminya pada wanita lain. Dadanya terasa sempit, napasnya berat.
'Aku ini kenapa?' batinnya gemetar.
'Kenapa aku masih mau pulang bersamanya, meski aku tahu dia menyakiti aku? Kenapa aku tetap bertahan, padahal jelas dia membagi cintanya?'
Air matanya menetes diam-diam, jatuh ke pangkuan tanpa suara. Rhea tidak tahu jawaban pasti. Mungkin karena dia masih cinta. Mungkin karena dia belum sanggup melepaskan. Atau mungkin karena bagian terdalam hatinya masih berharap…bila Devan akan memilihnya, sepenuhnya.
Devan yan
