Angin malam semakin kencang menusuk kulit, membuat tubuh Rhea semakin menggigil hebat. Kedua tangannya berusaha merangkul tubuh, tapi dingin itu tak juga pergi. Brian yang sejak tadi memperhatikannya mulai khawatir, apalagi ia tahu kondisi Rhea yang tengah mengandung.
“Bu Rhea,” ucap Brian dengan suara lebih tegas namun tetap lembut, “Sebaiknya Anda segera pulang. Anda juga sedang hamil. Bila Pak Devan tahu saya membiarkan Anda berlama-lama di dermaga seperti ini, beliau pasti akan marah besar pada saya. Tolong pulang saja, biarkan saya yang mengurus semuanya di sini.”
Rhea menatap Brian dengan mata yang penuh air. Hatinya memberontak ingin tetap menunggu di tepi dermaga itu, menanti kabar sekecil apa pun tentang suaminya. Namun tubuhnya sudah tak mampu lagi menahan dingin, dan janin dal
