Eps. 112 Tak Kuat

1330 Kata

Langit pagi itu muram, awan kelabu menggantung berat di atas pemakaman. Udara terasa dingin menusuk, seakan ikut merasakan duka yang menyelimuti. Hening hanya sesekali dipecah suara helaan napas panjang dan bisikan doa dari para pelayat yang masih tersisa. Tanah merah yang basah baru saja ditimbun, membentuk gundukan makam yang masih segar, ditandai dengan taburan bunga mawar dan melati yang semerbak harum. Di ujungnya berdiri nisan sederhana bertuliskan nama Devan, meski tak ada jasad yang bersemayam di bawahnya. Rhea berjongkok di sisi makam itu, tubuhnya bergetar menahan tangis yang sudah sejak tadi tak kunjung reda. Di tangannya, sebuah keranjang penuh bunga ia dekap erat. Satu per satu bunga ia taburkan, dimulai dari ujung kepala makam hingga ke kaki, gerakannya perlahan, penuh ras

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN