"Fasya..." Fasya terlihat menggantungkan ucapannya. Dalam hatinya dia masih belum siap menerima orang baru ditengah - tengah dirinya dan Daddy. Ia juga belum siap jika harus beradaptasi dengan orang yang belum pernah ditemuinya. Namun jika dia memikirkan ayahnya yang mungkin saja akan kesepian tanpa adanya pendamping, maka Fasya menjawab, "Fasya mau." Ucapan anaknya yang mengizinkannya untuk menikahi orang baru, membuat Novian seketika dapat bernapas lega. Ia tak tahu harus melakukan apa, jika seandainya tadi Fasya tidak memperbolehkannya untuk menikah dua kali. Novian segera memeluk tubuh mungil anaknya itu dengan sayang, sambil mengucapkan beribu - ribu terima kasih. Dengan persetujuan Fasya ini, Novian yakin bahwa keluarga besarnya juga akan menyetujui permintaan Novian yang ingin men