"Dari seluruh manusia di dunia, kenapa harus pria ini yang menjadi sahabat Stevan?" Batin Bella.
Saat ini Bella, Stevan, dan Chris sedang berada di meja makan untuk menyantap makan malam mereka. Sedari tadi Chris terus menatap tajam ke arah Bella, membuat Stevan diam-diam memperhatikan tingkah mereka yang menurutnya agak sedikit aneh. Saat Stevan menanyakan apakah mereka sudah saling mengenal? Pun Chris dan Bella sangat kompak menjawab “tidak”.
"Jadi istrimu ini adalah seorang mahasiswi?" Tanya Chris kepada Stevan.
"Iya, dia adalah mahasiswi fakultas ekonomi," jawab Stevan.
“Benarkah? Dia tak terlihat seperti mahasiswi," ucap Chris dengan enteng, membuat Bella melemparkan pandangan tidak suka padanya.
"Dia memang terlihat lebih kecil dari gadis seusianya," jawab Stevan sambil menyuap makanannya.
Perkataan dari Stevan sontak membuat Chris tak bisa menahan tawanya.
"Kalau kalian ingin menggunjingku, mohon lakukan di tempat lain saja." Ucap Bella kesal.
"Tidak, aku hanya merasa perkataan Stevan sangat benar." Balas Chris berusaha menahan tawanya agar tidak membuat Bella semakin tersinggung.
"Justru itulah kelebihanku," ucap Bella sambil tersenyum. "Walau aku sudah menikah, masih ada saja pria yang mengajakku untuk berkencan. Mereka pikir umurku masih tujuh belas tahun," bohong Bella dengan percaya diri, yang justru membuat Stevan sontak menoleh padanya dengan tatapan tajam yang membuat mata besarnya itu hampir keluar.
"Ah, seperti itu kah? Kupikir kau harus lebih berhati-hati, Stev." Ucap Chris dengan nada prihatin yang dibuat-buat.
"Aku pikir mulai besok aku akan menambah jumlah bodyguard untuk menjaga mu ... kita tak tau apa yang akan para pria itu perbuat padamu setelah kau menolak ajakan kencan mereka bukan?" Mata Stevan menatap tajam ke arah Bella.
Sejenak ucapan yang di katakan oleh Stevan membuat gadis itu ingin sekali memukul mulutnya sendiri. Sungguh ia menyesal karena mengatakan hal seperti itu disini yang justru mempersulit dirinya sendiri.
"Aku tak pernah menyangka bahwa istrimu semenarik ini," lerai Chris pada akhirnya.
Sialan, kenapa setiap bertemu pria ini Bella merasa bahwa dirinya selalu tertimpa masalah. Waktu itu dia dikeluarkan dari kelas pak Jay dan sekarang Stevan menambah jumlah bodyguard yang akan semakin mempersempit ruang geraknya. Bella berharap ini adalah terakhir kalinya dia bertemu dengan pria yang bernama Chris ini.
***
Lily is calling ...
"Halo ... sayang, apa kau sedang sibuk?" Tanya Lily di seberang telepon sana.
"Tidak, aku sedang tidak terlalu sibuk." Jawab Stevan.
“Apakah kau bisa menemaniku ke Singapura?” Tanya Lily lagi.
"Akan aku usahakan, aku akan menyuruh asistenku untuk mengecek jadwal ku dulu." Balas Stevan.
“Terima kasih sayang, aku sangat berharap kalau kau akan menemaniku ke Singapura. Aku sdah sangat merindukanmu, sayang.” Ucap Lily dengan suara manjanya.
"Pasti sayang, aku juga sangat merindukan mu." Balas Stevan dengan tak kalah mesranya.
“Baiklah, kalau begitu aku akan pergi pulang dahulu ... i love you, sayang.”
"Baiklah, hati-hati dijalan sayang. I love you too." Dan kemudian Stevan pun menutup telponnya.
"Apakah jadwalku untuk seminggu ke depan akan penuh?" Tanya Stevan kepada asistennya.
"Sepertinya tidak, Tuan ... ada apa?"
"Pesankan tiket ke singapore untuk dua orang dan juga pastikan saat aku pergi, aku tidak mendengar ada hal yang tak beres terjadi disini." Tegas Stevan.
"Baik, Tuan."
"Bagaimana? Apakah para direksi sudah berkumpul di ruang rapat?" Tanya Stevan.
"Sudah Tuan, mereka sudah menunggu anda di ruang rapat."
Stevan merasa dirinya memang perlu untuk berlibur kali ini, ia merasa penat karena pekerjaan kantor yang sangat menyita waktu dan ditambah lagi menghadapi Bella selama seminggu ini membuatnya merasa harus melakukan charge ulang tenaganya. Lagipula sudah beberapa minggu juga Stevan tak bertemu dengan kekasihnya, walaupun setiap malam sebelum tidur kekasihnya itu selalu menyempatkan diri untuk menghubungi dirinya, tapi Stevan pikir mereka memang harus bertemu dan menghabiskan waktu bersama.
Sebenarnya Lily sudah memintanya untuk bertemu dari beberapa hari yang lalu, tapi karena kesibukan Stevan yang menangani perusahaan membuat dirinya tak punya waktu untuk itu. Tak bisa di pungkiri Stevan memang sangat merindukan kekasihnya itu, bagaimana Lily yang selalu tersenyum dan menatapnya penuh cinta? Dan Stevan pun juga merindukan sentuhan gadis itu yang tak pernah absen memberikan morning kiss saat Stevan tidur di apartementnya.
Lily itu seperti sebuah rumah yang pintunya selalu terbuka bahkan saat Stevan tidak mengetuknya sekalipun. Rasanya sangat berbeda, tidak ada satupun gadis yang bisa membuat Stevan membandingkan kekasihnya itu dengan gadis lain. Lily terlampau istimewa baginya. Hanya saja ...Bella? Istrinya itu, stevan tak pernah tau jenis perasaan apa yang dia tempatkan untuk istrinya itu. Dia seperti memiliki tempat sendiri bagi Stevan, tempat yang berbeda dengan Lily. Tempat yang masih tak bisa untuk Stevan sebut dengan cinta. Saat ini yang Stevan tau adalah bahwa baginya Bella seperti kewajiban yang diberikan padanya untuk di jaga, hanya itu.
Namun sekali waktu, Stevan juga merasa Bella punya tempat spesial di sisinya. Seperti seseorang yang selalu ingin dia temui setiap hari, entah karena memang terbiasa atau memang hatinya yang menuntut untuk selalu ingin tau tingkah konyol apalagi yang Angel lakukan hari ini.
***
"Kau akan kemana?" Tanya Bella pada Stevan saat dirinya melihat pria itu berpakaian rapi dengan membawa satu buah koper yang tidak terlalu besar.
"Aku akan ke Singapura untuk perjalanan bisnis," jawab Stevan datar.
"Oh begitukah." Bella tertunduk, ada nada kecewa yang Stevan dengar dari isrtrinya itu.
"Mark, tolong jaga Nyonya dengan baik, aku tak ingin mendengar hal yang tidak-tidak selama aku pergi," ucap Stevan sambil menatap Bella.
Stevan sudah tau tentang insiden Bella menyetir sendiri ke kampus dan kecelakaan kecil yang terjadi karena gadis itu kurang berhati-hati dan saat Stevan tau, dia marah besar kepada para penjaga dan memecat beberapa orang yang dirinya anggap tidak becus.
"Baik Tuan, saya akan lebih meningkatkan penjagaan lagi," balas Mark sopan.
"Baiklah, aku berangkat sekarang." Pamit Stevan.
Saat Stevan akan melangkah masuk ke mobil, tiba-tiba Bella menahan tangannya. Tangan istrinya itu terasa sangat dingin.
"Ada apa?" TanyaStevan sambil menatap heran istrinya itu.
"Tidak, aku hanya ingin bilang hati-hati, jangan terlalu lelah. Kau selalu bekerja sepanjang waktu tanpa memperdulikan kesehatanmu, beristirahatlah bila kau memiliki waktu dan ..." Bella menggantung kata yang ingin di ucapkannya. Dia menatap mata Stevan kemudian berjinjit dan mencium pipi suaminya itu. Apa yang baru saja dilakukan oleh istrinya itu membuat Stevan membulatkan matanya tak percaya karena tak biasanya Bella bersikap seperti ini saat dirinya akan pergi.
"Jaga dirimu baik-baik, aku tidak akan membuat masalah disini," sambung Bella lalu berbalik dan melangkah masuk kedalam. Dia sendiri juga tidak sadar atas apa yang dilakukannya tadi.
Dia mencium Stevan di depan para maid dan para pengawal benar-benar tidak ada dalam rencananya. Dirinya hanya ingin mengantarkan Stevan sampai mobil, hanya itu saja tapi kenapa dia malah mencium pria itu?
"Kenapa aku selalu bertindak tanpa melihat situasi?" Batin Bella.