WAKTU sudah menunjukan pukul delapan malam. Arka duduk bersandar di atas sofa kediaman Sadewa dibawah tatapan tajam sang ibunda. Lidya. "Jadi karena ini kamu nolak semua perempuan yang mami kenalin ke kamu?!" Lidya menyentak saat putra nya tak kunjung menanggapi dengan serius. Arka menghembuskan nafas dengan malas, dia tau cepat atau lambat gosip yang tersebar di kantor nya akan sampai di telinga sang mami. Arka hanya tak percaya bahwa tak butuh waktu kurang dari 24 jam, dan sang mami sudah tau. Wow, koneksi pergosipan maminya memang tidak main-main. "Arka!" Lidya mengerang, frustasi. Hampir menangis. Ya ampun! Lidya rasa, jika dia memiliki riwayat penyakit jantung, sudah dari dulu dia meregang nyawa. "Iya, mi, iya. Aska memang anak Arka." Arka membalas dengan kesal. Dirinya baru sa