“Panggil Bayu saja cukup, saya bantu—siapa namanya? Boleh tahu ‘kan?” Aku tersentak saat tangan kekar merangkul bahuku posestif. “Ayasha—Ayasha Humaira, nama istri saya,” ujar Mas Dion. “Istri?” Bayu menatapku dan aku mengangguk seraya tersenyum. “Maaf, Mbak ini—oh, maaf, Mbak Ayasha, istri, Pak Dion?” Kenapa dia perlu mem-validasi lagi seolah tak yakin? “Benar.” Bayu mengangguk seraya menelisik wajahku. Aku menangkap sesuatu yang aneh dari tatapannya. Namun, apa? Aku sulit mengartikannya. “Saya mohon maaf, Pak. Saya memang ingin berkenalan dengan Mbak—ehem, maksud saya Bu Ayasha, tapi saya tidak tahu kalau beliau, istri Bapak.” “Sekarang sudah tahu, berhati-hatilah.” Mas Dion menuntunku untuk kembali ke meja di mana kami duduk. Aku memberikan dimsum kepada Bude dan Pakde. Lalu, i

