Tiga tahun kemudian “Bunda!” Ketukan pintu dan teriakan riang Aruni seketika mengalihkan perhatianku ke arah pintu ruang kerjaku, seiring dengan langkah ceria Aruni yang berlari mendekatiku. “Bunda.” Aku segera meraih Aruni dan membawanya naik ke atas pangkuanku, mengecup pipinya berkali-kali hingga dia tertawa kegelian. Setelah kami pulang dari liburan di Malang, Mama meminta Aruni untuk menginap di rumahnya karena rindu. Aku dan Mas Dion terpaksa pulang dan tidak menginap karena besoknya sudah ditunggu oleh sejumlah pekerjaan. Seharusnya kami pulang sejak kemarin agar bisa beristirahat sebelum kembali bekerja, tapi keindahan Malang begitu memikat sehingga kami memutuskan untuk tinggal sehari lebih lama. Setelah sekian lama, liburan kali ini akhirnya kami diberi kesempatan untuk me

