Setelah pertemuan selesai, Ebas berjalan menuju ruang kerjanya dengan langkah tenang, diikuti oleh Galih yang membawa dokumen-dokumen tersebut. Sesampainya di ruangan, Ebas membuka kancing jasnya dan melepas dasi dengan gerakan santai, namun matanya menunjukkan konsentrasi penuh. "Galih," panggilnya pelan namun tegas. "Bagaimana progres untuk memastikan dokumen itu akan dia tanda tangani?" Galih mengangguk yakin. "Semua sudah disusun rapi, Tuan. Angga pasti akan menandatangani tanpa sadar bahwa dokumen perceraian itu disisipkan di antara kontrak lainnya. Dia terlalu sibuk memikirkan keuntungan." Ebas tersenyum tipis, duduk di kursinya sambil menatap pemandangan kota dari balik jendela kaca besar. "Bagus. Pastikan proses ini tidak menimbulkan kecurigaan. Aku tidak ingin ada kesalahan di

