34

1127 Kata

Pagi itu, Nala melangkah ke ruang gym di mansion dengan langkah yang lebih berat dari biasanya. Dia merasa perlu melampiaskan semua tekanan dan emosi yang membebaninya setelah pembicaraan intens dengan Ebas semalam. Biasanya, dia memilih jogging di luar, tapi kali ini, dia butuh sesuatu yang lebih melegakan. Tatapannya langsung tertuju pada samsak yang tergantung di sudut ruangan. Dengan tekad bulat, dia mengenakan sarung tangan tinju dan mulai memukulnya seolah samsak itu adalah sosok Angga, suaminya. Pukulan demi pukulan dilayangkan dengan penuh emosi, seiring dengan kenangan kelam yang kembali menghantuinya. "Kenapa aku dulu begitu bodoh? Kenapa aku diam saja diperlakukan seperti itu?" pikirnya, sembari melayangkan tendangan keras ke samsak hingga bergoyang kencang. Di sisi lain ruan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN