Rain terus merutuki dirinya yang sangat bodoh telah pergi begitu saja dari ruangan Dika. Padahal, Rain tidak ada kelas lain. Semua yang Rain ucapkan hanya alasan belaka saja untuk menutupi rasa canggung. "Kenapa juga harus pergi! Padahal kan Rain kangen ..." batin Rain di dalam hatinya. Jantung Rain terus berdetak sangat cepat. Rasanya gugup sekali tadi saat berhadapan dengan Dika dan saling bertatap mata. Rain menatap punggung tangannya. Cincin pernikahannya bukan dilepas tapi hilang saat Rain mencuci tangan di wastafel. Tangannya yang licin karena sabun membuat cincin itu terlepas dari jarinya dan masuk begitu saja dilubang wastafel. "Apes banget!" Rain masih mengumpat kesal di dalam hati. Rain terus berjalan menuju lobby. Ia bingung mau apa sekarang. Jam kerjanya masih nanti si