Hyu menjerapkan matanya saat sinar matahari masuk mengusik tidur nyenyak nya.
Hyu tersenyum saat melihat tubuh mungil Luna yang terlihat nyaman dalam dekapannya setelah ciuman semalam hubungan mereka kembali membaik bahkan sangat baik sampai mereka memutuskan untuk tidur bersama. Hanya tidur bukan melakukan hal lain seperti sesuatu yang lebih jauh, Hyu dan Luna tidak akan sembarang melakukan hal seperti itu bahkan walau mereka sulit menahan diri, lebih tepatnya Hyu yang menahan diri karena Luna hanyalah gadis polos yang baru mengalami ciuman pertama nya tadi malam sedangkan Hyu adalah lelaki dewasa dengan pemikiran yang terkadang sulit di kendalikan.
Hyu beranjak dari kasur, bagaimana pun dia harus kembali ke kamarnya, dia tidak ingin para pengurus rumah mengetahui hubungan mereka.
Lelaki itu turun kelantai bawah untuk menuju ke dapur. Namun, baru beberapa langkah masuk ke dapur Hyu di kaget kan dengan kehadiran seseorang yang sedang duduk di meja makan
"Kau sudah bangun, Hyu." Sapa Johan dengan senyum khasnya
"Ayah." Guman Hyu dengan raut keterkejutan yang tidak dapat ia sembunyikan.
"Apakah ayah melihat kami bersama di kamar?" Batin Hyu yang di penuhi rasa gelisah
****
Luna meraba kasurnya dan mendadak bangkit saat ia tidak menemukan Hyu di sampingnya
Apa semalam dirinya bermimpi? Atau semua yang ia rasakan itu hanya sebuah halusinasi?
Luna meraba bibirnya dan berlari menuju cermin, gadis itu tersenyum senang saat melihat bibir mungilnya sedikit membengkak karena ciuman mereka tadi malam..
"Hah ... kupikir mimpi." Guman gadis itu sambil tersenyum malu.
"Tapi kemana kakak, bisa-bisa pergi begitu saja." Gerutunya.
"Bi, Kakak dimana.?" Tanya Luna saat berpapasan dengan pengurus rumah
"Tuan ada di bawah, diruang makan ber--" Belum saja selesai pengurus rumah menjelaskan Luna sudah berlari menuju ruang makan
Luna tersenyum saat melihat Hyu yang sedang berdiri di ruang makan dengan cepat gadis itu berlari dan merangkul lengan Hyu
"Kakak kenapa pergi begitu saja...aku kebingungan tahu, kupikir yang semalam itu ha ... nya ..." Mulut gadis itu tertutup perlahan rangkulan tangannya mengendur bersama dengar air wajahnya yang berubah saat mendapati Ayahnya tengah menatap kearah mereka
"A-ayah ..."gumannya sebelum akhirnya tersenyum cerah dan berlari ke pelukan lelaki itu
"Ayah ... ayah kenapa tidak mengabari kalau akan pulang, bagaimana perjalanan bisnis ayah? Apa ayah membeli oleh-oleh untukku.?" Cerca gadis itu dengan banyak pertanyaan
Johan membalas pelukan Luna dan tertawa bahagia akhirnya dia bisa memeluk putri nya lagi.
"Apa yang kau lakukan di sana Hyu? Kemari kau tidak suka aku kembali." Ucap Johan membuat Hyu yang awalnya ragu kini bernafas lega ternyata ayahnya tidak berubah
"Maaf aku hanya kaget ayah tiba-tiba sudah di ruang makan." jelas Hyu sebelum memeluk lelaki tua itu
"Kau pasti kesulitan menjaga Luna." Ucap Johan sambil menepuk pundak anak laki-laki nya itu.
"Sedikit, tapi aku bisa menanganinya." Jawab Hyu
Wajah Luna cemberut saat merasa dirinya di anggap masih seperti anak kecil oleh kedua orang itu
"Aku bukan anak kecil, ya. aku bisa menjaga diriku sendiri." Timpal Luna membuat Hyu dan Johan tertawa
"Karena sudah berkumpul mari kita sarapan bersama,." Ajak Johan kepada anak-anaknya
*****
Johan menatap kearah Hyu yang baru saja memasuki ruang kerjanya
"Ayah memanggil ku?." Tanya Hyu
"Duduk lah, ayah akan selesaikan ini dulu baru kita bicara."jawab Johan tidak butuh waktu lama untuk lelaki itu selesai dan kini beranjak untuk duduk di sofa bersama Hyu
"Bagaimana kabarmu Hyu, apa kuliahmu berjalan lancar." Tanya Johan
"Aku baik, begitu juga kuliahku." Jawab Hyu
"Bagaimana selama aku pergi, apa kau dan Luna baik-baik saja."
"Iya yah, kami berdua baik-baik saja. Aku juga datang ke acara kelulusannya." Hyu menjelaskan segala yang terjadi lelaki itu juga mengatakan kalau mereka pergi ke rumah perkebunan, tapi tentu saja tidak dengan kejadian di sana
"Ayah senang melihat hubungan mu dengan Luna berjalan baik. Kelak ayah harap kau bisa menggantikan ayah untuk menjaganya, karena ayah sudah tua dan waktu ayah mungkin sudah tidak banyak." Jelas Johan, memang beberapa tahun ini kesehatannya menurun
"Apa yang ayah katakan, ayah pasti akan berumur panjang ... Ayah juga tidak perlu khawatir aku akan menjaga Luna sebaik mungkin." Jawab Hyu
Johan tersenyum mendengar apa yang Hyu katakan
. Namun, ada yang masih mengganjal di hati lelaki tua itu walau ia selalu berusaha menampik perasaannya
"Ayah tau kau menyayangi Luna seperti adikmu sendiri, Ayah harap kalian bisa akur sampai tua dan ayah harap jika ayah tiada sebelum Luna menikah kau gantikan ayah untuk menuntunya di hari pernikahan." Kali ini Hyu terdiam seolah tubuhnya membatu mendengar apa yang Ayahnya katakan
"Aku .., aku--"
"Ayah sangat berharap Luna bisa menemukan lelaki yang baik, yang mampu menjaganya. " Ucap Johan
"Maafkan Ayah, ayah memberikan beban berat padamu tapi ayah tidak akan memaksamu Hyu," sambung Johan
"Kenapa ayah minta maaf, aku tidak merasa terbebani dengan apapun." Jawab Hyu
"Terkadang aku merasa bersalah, aku mendidikmu begitu keras dan memberi kau tanggung jawab begitu banyak, aku lupa kau juga memiliki pilihanmu sendiri." Jelas Johan dengan rasa bersalahnya. Ia tau Hyu adalah anak yang baik dan tidak mudah mengeluh ... terkadang ia dapat melihat Hyu kesulitan dengan pelajaran yang ia berikan, tapi itu demi kebaikan Hyu juga Luna. Johan menyadari kesalahannya dengan menjadikan Hyu sebagai tameng dari kejamnya dunia bagi Luna. Lalu biarlah dia egois karena apapun akan dia lakukan demi Luna dan juga janjinya.
"Aku akan memberimu kesempatan Hyu, apa kau ingin hidup untuk dirimu sendiri atau hidup seperti yang selama ini kau jalani, jangan merasa tidak enak atau berhutang budi padaku, aku mengatakan ini sebagai ayahmu."
"Maksud ayah?"
"Aku tau bekerja di perusahaan bukan lah impianmu itu hanya rasa balas budimu padaku dan aku juga tau kau memiliki impian di bidang seni musik." Jelas lelaki tua itu . "Jadi aku akan membiarkanmu mengejar mimpimu dan sekolah keluar negeri atau tetap pada kehidupanmu saat ini." Tanya Johan
Hyu merasa bingung apa yang harus ia pilih jika dia memilih mimpinya dia akan kehilangan kesempatan berada di sisi Luna, tapi jika di bisa meraih mimpinya maka dia akan sangat bahagia.
"Aku akan tetap disini, bagiku sekarang yang terpenting adalah Ayah dan Luna kalian keluargaku dan aku tidak akan meninggalkan kalian."jawab Hyu
"Maka jangan kecewakan ayah, ingat Hyu kau adalah anak laki-lakiku dan kakak Luna karena itulah kau berada disini." Ucap Johan penuh penekanan.
Hyu tercekat mendengar kalimat terakhir yang Ayahnya katakan apa dia sudah salah memilih? Apa artinya mulai saat ini dia sudah terikat, apa dia sudah memenjarakan dirinya sendiri dalam batasan yang tidak bisa lagi ia lewati.
****
-Milan, italia 2019
4 tahun kemudian
Tlak ...
Sebuah tangan terulur mematikan alarm yang sedari tadi sudah berkali-kali berdering
"Luna è ora di svegliarsi altrimenti farai tardi(Luna sudah waktunya bangun atau kamu akan terlambat)" teriak seorang wanita dalam bahasa italia
Jika kalian bertanya di mana Luna ... saat ini, wanita itu ada di italia lebih tepatnya di kota Milan,
"Oggi non vado, quindi lasciami dormire ancora un po (Aku tidak akan pergi hari ini, jadi biarkan aku tidur lagi)" jawab Luna
"va bene, allora vado prima io, ciao.(oke, kalau begitu aku pergi dulu, bye.)" Ucap wanita itu
Luna membangunkan tubuhnya dia tau kalau dia tidak akan bisa kembali tidur setelah terbangun.
Luna memeluk lututnya sambil memandang beberapa daun mapel yang berguguran lewat jendela, tidak terasa hampir 4 tahun lebih ia berada disini melewati hari tanpa Hyu. Luna memandang kearah kalender ini adalah hari ulang tahun Hyu dan selalu saja rasa rindunya berlipat ganda di hari-hari tertentu
"Selamat ulang tahun Kak," ucap Luna
"Semoga kebencianmu padaku memudar dan semoga pilihanku benar ... aku harap kakak selalu berbahagia" batin Luna, dia pikir perasaan itu akan memudar seiring berjalannya waktu sayangnya ternyata rasa itu seakan tertancap semakin dalam di hatinya seolah membuktikan bahwa melupakan tidaklah semudah itu, sejauh apapun Luna berlari Hyu masih melekat di ingatannya juga hati wanita itu
**bersambung ....