Bab 3: Kebenaran Perasaan Hyu

1187 Kata
Aku tidak meragukan perasaanmu untukku, apa lagi meragukan apa yang kurasakan untukmu, aku hanya ragu akan takdir yang mungkin tidak akan semudah itu mengijinkan kita bersama. ~~~~~ Sudah seminggu semenjak kejadian di perkebunan dan sejak saat itu pula Luna selalu menghindari Hyu terkadang gadis itu memperlakukan Hyu seperti tidak ada melewatinya begitu saja seolah lelaki itu hanyalah sebuah udara. Namun, batas kesabaran Hyu sudah habis, dia tau bahwa apa yang dia lakukan salah, tapi bukan hanya Luna yang tersiksa tapi dirinya juga. Tepat saat lelaki itu membulatkan keputusannya saat itu pula Luna turun dengan baju tidur terusan di atas lutut seperti yang gadis itu kenakan biasanya. Tatapan dua orang itu bertemu sesaat, tapi seperti biasa Luna selalu memutus tatapan mereka dan membuat Hyu kecewa. Luna melewati Hyu begitu saja dan berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air, saat itu Luna tidak menyadari bahwa Hyu sudah berdiri di belakangnya dalam jarak yang cukup dekat. "Astaga!!!." Pekik Luna saat berbalik dan mendapati Hyu berdiri di belakangnya sambil menatap lekat dirinya. Luna mengatur nafasnya sudah cukup lama dari terakhir kali mereka berdekatan seperti ini "Aku ingin bicara." Ucap Hyu dengan nada rendah. Sedangkan Luna masih kekeh dengan emosi juga keras kepalanya hingga lebih memilih mengabaikan Hyu seperti sebelum-sebelumnya "Luna ... " Panggil Hyu lirih sambil menahan lengan gadis itu. Hyu sangat lelah dengan semua ini, semenjak hari itu dia sulit tidur bahkan dia tidak fokus dengan kuliahnya, yang lelaki itu pikirkan hanyalah Luna, Luna dan Luna "Lepaskan." Tepis Luna " Tidak mau." Jawab Hyu "Lepaskan aku kak!!." Sengit Luna meninggi. Namun, gadis itu tidak menyangka apa yang ia katakan malah membuat Hyu tersenyum "Aku merindukanmu, aku rindu saat kau memanggilku seperti itu." Ucap Hyu Luna terdiam hati gadis itu terasa sakit saat menatap wajah Hyu yang terlihat lelah dan murung saat ini Luna melepaskan pegangannya dan berusaha pergi, tapi Hyu malah memeluknya, memeluknya begitu erat seolah tidak rela jika ia pergi "Kak." Guman Luna kaget, tidak seperti biasanya pelukan lelaki itu terasa sangat berbeda sangat amat jauh berbeda dari, apa mungkin karena Luna baru merasakan kembali pelukan itu? "Apa kau marah padaku, kau membenciku?" Tanya Hyu sambil mengeratkan pelukannya bahkan Hyu tidak ragu menyembunyikan wajahnya di ceruk leher gadis itu. Jantung Luna berdebar saat merasakan sensasi hangat dari hembusan nafas Hyu yang berhasil mengobrak-abrik pertahanannya "Kak ... a-aku--" " Maafkan aku Luna." Ucap Hyu. Luna menghela nafasnya kasar mengapa Hyu selalu meminta maaf dan membuat dirinya merasa buruk. Luna benci mendengar ucapan maaf lelaki itu yang seolah-olah membuatnya mengingat momen menyakitkan yang berusaha ia lupakan "Kenapa kakak selalu minta maaf dan membuatku merasa buruk? Apa pernyataan cintaku saat itu terlalu membebani dan menggangu!!" Kesal Luna yang kembali marah karena penyataan maaf yang Hyu lakukan "Jika tidak menyukaiku ya sudah, tidak usah berkata maaf berkali-kali seolah aku begitu menyedihkan!!" Sambung Luna meninggi "Bukan itu maksudku, kau j-jangan salah paham" jelas Hyu sambil berusaha meredakan emosi Luna yang hampir saja luluh. "Jadi maksudnya apa? Kakak lupa apa yang kakak ucapkan saat kita kembali dari sana," Jawab Luna yang kembali kesal. *Flashback* Hawa dingin menyelimuti perjalanan pulang kali ini bukan karena hujan deras semalam karena jik itu masalahnya maka penghangat di mobil sudah menyelesaikan masalah itu sedari tadi. Semua itu berasal dari Luna dan Hyu. dua orang yang sedari tadi hanya diam tanpa berbicara sepatah katapun. Luna asik dengan kegiatannya mengamati jalan dan Hyu fokus pada kemudi dan juga Luna, terkadang Lelaki itu sesekali mencuri pandang sekedar memastikan gadis itu baik-baik saja padahal mereka sedang berada di dalam mobil yang sama. "Luna." Panggil Hyu. "Hem ..." Jawab Luna tanpa mengalihkan pandangannya "Untuk ucapan mu yang kemarin..." Lidah Hyu terasa kaku setiap kali dia mengingat saat Luna dengan lantang mengatakan cinta padanya. Sedangkan Luna yang berada di sampingnya hanya diam sambil meremas roknya, rasanya ia ingin terjun ke laut lalu menghilang menjadi buih karena perasaan sakit juga malu yang ia rasakan "Maafkan aku aku bukan bermaksud menyakitimu, hanya saja ..," Hyu menggantungkan kalimatnya membuat Luna semakin tercekat oleh rasa patah hati, malu. Namun, juga penasaran "Aku akan menganggap bahwa aku tidak pernah mendengarnya, Tidak aku akan menganggap kau tidak pernah mengatakannya, maka dari itu lebih baik kita--" " Aku mengerti.." potong Luna dengan wajah dingin Hyu dapat merasakan kekecewaan gadis itu melalui sorot matanya. "Aku ingin tidur, kakak bisa bangunkan aku saat sudah sampai." Ucap Luna sebelum memejamkan matanya, tanpa di sadari air mata meleleh di sudut mata nya. Namun, dengan cepat Luna menghapusnya Cukup, dia tidak akan mempermalukan dirinya lagi dengan menangis. Cukup sudah rasa sakitnya saat mengetahui isi hatinya yang susah payah ia ungkapkan hanya dianggap angin lalu bahkan dia tidak menyangka Hyu akan menganggap perasaannya sesepele ini. Flashback off ***** Luna tidak lagi mampu membendung air matanya padahal sudah sebisa mungkin dia menahan bulir-bulir itu agar tidak jatuh dan terlihat oleh lelaki ini "Luna aku." Hyu sangat membenci dirinya sendiri. Dia benci saat melihat Luna menangis apa lagi menangis karena ulahnya sendiri "Berhenti peduli padaku kak, bagaimana bisa aku melupakan perasaanku jika kau selalu hadir dan bersikap seperti ini." Ucap Luna "Bagaimana bisa aku berhenti peduli padamu? Aku tidak mungkin bisa Luna." Jawab Hyu "Tapi perlakuamu menyulitkan ku!!" "Perlakuan yang bagaimana? Memangnya salah aku peduli padamu, salah aku khawatir, salah aku takut kau sakit, salah aku merindukanmu, salah jika aku selalu ingin memelukmu dan menjagamu dalam pelukanku!!." Jawab Hyu frustasi dan tanpa sadar menyiratkan isi hatinya yang selama ini ia pendam "Salah! Karena semua itu semakin membuatku sulit melupakan kakak, bukannya kakak sendiri yang bilang agar kita lupakan semuanya, tapi kenapa kakak malah egois dan tidak mau merubah perlakuan kakak padaku, ini tidak adil jika hanya aku yang di beri batasan perasaan sedangkan kakak bebas melewati semua batasan." Ucap Luna "Kalau begitu jangan lupakan," ucap Hyu "Apa maksud kakak?" "Jangan lupakan perasaanmu dan mari kita lewati batasan itu bersama-sama." Hyu mengulurkan tangannya raut wajah lelaki itu penuh kesungguhan dengan air mata yang lolos dari kedua mata. "Kakak?" "Aku tidak akan minta maaf lagi, bahkan untuk yang akan kulakukan padamu setelah ini ..."Hyu melangkah maju mendekati Luna yang masih terdiam sambil menatapnya awas. tangan lelaki itu terulur dan meraih jemari lentik Luna kemudian meletakkannya di d*da bidang miliknya "Kau merasakannya?" Tanya Hyu. Luna mengangguk dengan air mata yang lagi-lagi lolos, gadis itu dapat merasakan debaran jantung Hyu di telapak tangannya. "Kau yang membuatku seperti ini" jelas lelaki itu sambil menatap sayu manik Luna "Aku ...?" "Ya sudah lama aku seperti ini karena kau, sudah lama aku ingin mengatakannya, tapi aku hanyalah pengecut. Aku tidak punya keberanian sebesar dirimu." Ucap Hyu dengan tatapan penuh penyesalan. "Tapi sekarang aku sadar, kehilanganmu jauh lebih menakutkan, jadi Luna maukah kau melewati batasan itu bersamaku? Biar aku katakan lebih jelas ..." Hyu menangkup kedua pipi Luna yang basah akibat air mata "Sebenarnya sedari awal aku tidak pernah menganggapmu sebagai seorang adik ... karena perasaan yang aku rasakan untuk padamu adalah cinta seorang lelaki untuk wanitanya." Sambung Hyu sebelum akhirnya melumat Bibir mungil yang telah lama ia impikan, bibir Luna sangat manis persis yang ia bayangkan dan ternyata pelukan ini bisa menjadi lebih hangat dari yang ia pikirkan. "Aku mencintaimu." Ucap Hyu di sela ciuman pertama mereka *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN