“H-halo, Mbak Velindira.” “Mas Raja ada di sini juga?” “Enggak ada waktu buat ramah-ramahan sama pria itu! Pria itu menyerangku! Aku mau buat tuntutan dan kamu harus jadi pengacaraku!” Raja sudah beralih menatap Bima yang menunjuknya dengan murka. “Apa yang kamu katakan?! Jangan seperti itu! Tidak sopan!” Elin mencoba menarik tangan Bima agar tak lagi menunjuk Raja. Namun tenaganya kalah kuat, pria itu masih mempertahankan tangannya tetap berada di posisi semula. “Dia lebih enggak sopan karena narik bajuku. Kamu bisa lihat, kan, kalau bajuku jadi kusut?” Elin sudah mengalihkan pandangan ke arah kerah kemeja Bima yang memang terlihat habis ditarik kencang. “A—da apa sebenarnya?” tanya Elin pada Bima dengan bisikan, tapi tetap mampu masuk ke dalam indera pendengaran Raja karena suasan

