Di dalam kamar mandi, Karina bersandar pada dinding dingin, air matanya tak berhenti mengalir. “Apa aku salah mencintai Kak Sean…? Sampai Bude marah seperti tadi…” bisiknya lirih, suaranya pecah. Usai menumpahkan tangis, ia mulai menenangkan diri. Karina mandi, lalu mengenakan lingerie tidur yang masih sopan, merapikan rambut dengan hairdryer, dan mengoleskan skincare serta parfum ringan. Ia berdiri di depan cermin, menatap wajahnya sendiri. “Harusnya aku bahagia… tapi kenapa malah sesak begini,” gumamnya. Ia meraih botol minum kecil, namun langsung meletakkannya kembali. “Haus banget… tapi aku males ketemu Bude.” Karina menggigit bibir. “Besok aku mending ngekos aja… rasanya gak enak banget, Bude sekarang udah gak suka sama aku.” Pelan-pelan ia membuka pintu kamar. Matanya langsung t

