Tari masih mematung di lantai, tangannya gemetar memegang tespek dengan dua garis merah yang menonjol jelas. “Ya Allah, Mbak Karina…” bisiknya lirih, napasnya tercekat antara kaget dan takut. Belum sempat ia menyembunyikan benda itu, suara langkah sepatu berderap dari arah koridor. Nathalia tiba-tiba muncul di ambang pintu kamar dengan wajah ketus. “Tari!” serunya tajam. “Kamu lama banget sih beresin barangnya Karina? Dari tadi saya panggil nggak nyaut-nyaut!” Tari langsung berdiri terburu-buru, wajahnya pucat pasi. “M-maaf, Nyonya… saya lagi beresin kamar mandi tadi.” Tatapan Nathalia turun ke tangan Tari yang masih berusaha menyembunyikan sesuatu di balik tubuhnya. Keningnya berkerut. “Itu apa yang kamu pegang?” “E-eh, ini… bukan apa-apa, Nyonya.” Tari mencoba tersenyum canggung,

