Telepon di tangan Evan bergetar ringan. Ia menarik napas panjang sebelum menekan tombol panggil. “Hallo, Om Erwin,” suaranya terdengar lemah di ujung sana. Dari ruang makan besar rumah keluarga, Erwin mengangkat ponselnya sambil menyesap kopi pagi. Di meja makan sudah duduk Ferdy, Sinta, dan Astrid. “Hallo, Evan. Bagaimana fitting baju pengantinnya? Cocok, kan?” tanya Erwin ringan. Evan menunduk, suaranya pelan. “Om… Karina membatalkan perjodohan kami.” Erwin spontan berdiri. “Apa? Membatalkan? Kenapa bisa?!” “Dia bilang… dia gak bisa melanjutkan pernikahan ini.” Erwin mengerutkan dahi. “Baiklah, om akan bicara langsung dengan Karina. Pernikahan kalian tetap dilaksanakan minggu depan, titik.” “Om, tunggu dulu,” Evan menelan ludah. “Masalahnya bukan cuma itu. Karina bilang… dia seda

