Evan keluar dari kamar hotelnya dengan wajah lelah tapi mata masih menyala penuh amarah. Kemejanya sudah tak lagi rapi, dasinya dilepas setengah hati. Ia menekan tombol lift dengan kasar. “Cepatlah… cepat…” gumamnya kesal, mengetuk-ngetuk ujung sepatunya ke lantai marmer. Begitu pintu lift terbuka, Evan langsung melangkah masuk, menatap pantulan dirinya di cermin lift. “Lihat w************n seperti Karina berani menolak Evan Mahendra,dia akan merasakan neraka dalam hidupnya.” ia berkata pelan sambil mengepalkan tangan. Lift berdenting sampai di lobby. Evan berjalan cepat menuju meja resepsionis. “Excuse me, saya mau sewa mobil. Sekarang. Yang paling cepat dan nyaman.” suaranya tegas. Resepsionis menatap sedikit gugup. “Baik, Sir. Kami ada sedan BMW atau SUV Lexus, ingin yang mana?”

