Jangan salahkan masalalu, karena masalalu adalah tolak ukur untuk mendapat masa depan yang lebih baik lagi.
Ragas : Aku tunggu di parkiran bawah tanah iya Key, kita pulang bareng.
Me : Itu kan parkiran khusus buat para eksekutif, Ragas. Aku gak berani kesana.
Ragas : Suamimu pemilik gedung ini dan kamu adalah istri aku.
Setelah membaca w******p dari Ragas, rona wajahnya memerah. Siapa sangka jika Ragas yang dari pagi terlihat dingin, tegas dan berwibawa saat di perusahaan, berubah begitu manis pada Keyra, dan bahkan mengakui jika dirinya adalah suami Keyra.
Keyra melihat jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul enam sore. Di dalam ruangannya pun hanya tersisa Willy yang masih berkutat dengan laporan yang sedang dikejar deadline.
Keyra segera membereskan mejanya lalu berpamitan pada Willy.
"Will, gue duluan, ya."
Willy menjawab dengan lirikan mata saja sambil melambaikan tangan menjawab pamitannya Keyra.
Wanita itu segera berjalan keluar kantor dengan tas yang ia jinjing dan masuk ke dalam lift yang hanya berisi dia seorang, lalu menekan tombol Lt AB untuk pertama kalinya-parkiran ruang bawah tanah.
"Kenapa gue jadi deg-degan sih?" gumamnya seraya mengelus d**a.
Ting…
Pintu lift terbuka. Keyra berjalan keluar dari lift, mengedarkan pandangannya mencari Ragas. Wanita itu berjalan mengendap-endap, sesekali ia juga bersembunyi di sisi mobil lain saat melihat seseorang berjalan di parkiran.
Tiba-tiba fokusnya teralihkan dan menatap takjub pada salah satu mobil yang terparkir disana. Sebuah mobil Lykan Hypersport hitam itu menarik perhatiannya, tetapi yang lebih menarik perhatiannya lagi adalah orang yang berada di balik kemudi mobil tersebut.
"Ragas?" teriak Keyra tanpa sadar.
***
Ragas sedang menunggu Keyra di parkiran bawah tanah yang hanya digunakan khusus para atasan saja. Dari dalam mobil, ia melihat seorang wanita sedang mengendap-endap sambil sesekali melirik ke arah kiri dan kanannya. Ragas terkekeh geli melihat kelakuan wanita itu.
Ya, wanita itu Keyra, yang sedari tadi Ragas perhatikan dengan seksama. Bahkan, Ragas tertawa ringan melihat tingkah Keyra yang seperti anak kecil melarikan dari ibunya.
Tiba-tiba wanita itu terdiam, menatap ke arahnya dengan mata yang membulat sambil memekikkan namanya. Ragas tersenyum seraya membuka pintu mobilnya dan keluar dari dalam mobil. Keyra pun segera menghampirinya.
"Hari ini tiga kali aku dibikin kaget sama kamu," ujarnya masih dengan dahi yang berkerut.
"Maksudnya?" tanya Ragas tak mengerti.
Keyra tak melanjutkan percakapannya lagi, dan langsung masuk ke dalam mobil Ragas.
"Ga ada orang yang lihat aku kan?" tanya Keyra saat Ragas sudah masuk ke dalam mobil.
Sesekali Keyra masih melirik ke kiri dan ke kanan untuk memastikan tidak ada yang melihat. Ragas menggeleng sambil tersenyum, lalu melajukan mobilnya keluar dari tempat parkir.
Hening ....
Untuk beberapa saat suasana dalam mobil benar-benar terasa canggung bagi Keyra, tetapi tidak bagi Ragas. Ada satu rasa bahagia yang kini menyeruak dari dalam dirinya, saat ia bersama dengan istrinya itu.
"Aku ada urusan dulu, ikut aku sebentar, iya?" tanya Ragas memecah keheningan.
"Iya," jawab Keyra singkat.
Ragas yang sudah sangat tahu bagaimana sifat Keyra tak bertanya lagi dan kembali fokus pada jalanan di hadapannya.
Tak begitu lama, mereka tiba di salah satu Restoran bintang lima yang terkenal. Saat keluar dari mobil, Ragas menghampiri Keyra lalu menggenggam tangan wanita itu.
Dari sudut matanya, Ragas melihat Keyra masih terkejut dengan yang dilakukan Ragas hingga beberapa saat kemudian Ragas menarik tangan Keyra dan mengajaknya masuk.
"Maaf, aku melanggar aturan yang sudah kita buat," bisik Ragas di telinga Keyra.
Keyra hanya mengangguk mengerti dan mengikuti langkah kaki Ragas
Setibanya di dalam, seluruh staff memberi hormat dengan membungkukkan kepala. Seorang manager Restorant datang menghampiri dan mengajak mereka berdua ke table yang sudah disediakan. Dan di sana, Ragas menyadari mata Keyra terpaku pada sosok pria yang menggunakan kemeja hitam, sedang duduk bersama dengan pria lainnya yang tak lain adalah orang dari perusahaan yang akan bekerja sama dengan perusahaan Ragas.
Ragas merasakan tangan yang sedari tadi ia genggam hangat berubah menjadi dingin. Dia berusaha menenangkan Keyra yang masih enggan melanjutkan langkahnya.
"Ada apa?" tanya Ragas.
Napas Keyra semakin memburu, sangat jelas terlihat jika dirinya sedang menahan rasa amarahnya. Menyadari ada sesuatu yang terjadi, Ragas semakin menggenggam erat tangan istrinya itu.
"Tenanglah. Ada aku disini, di samping kamu," bisik Ragas pada telinganya..
Dan kata-kata itu pula membuat Keyra dengan cepat menoleh pada Ragas yang sudah kembali berdiri tegak di sampingnya.
Ka Disa, lo sangat mirip ka Disa, Ragas. Batinnya.
***
Dua pria yang sedari tadi duduk menunggu itu berdiri ketika sosok Ragas menghampiri. Mereka pun menyalami Ragas dan Keyra secara bergantian.
Tapi salah satu pria di hadapan Ragas Nampak terkejut melihat kehadiran Keyra.
"Key," ucapnya lirih.
Keyra hanya terdiam, tanpa menjawab sepatah katapun.
Dion, batin Keyra.
Sebisa mungkin Keyra menahan air matanya agar tidak keluar. Tetapi tiba-tiba, rasa hangat menyalur dari tangannya yang kini sedang digenggam oleh Ragas. Membawa ketenangan tersendiri ke dalam hati Keyra.
Keyra melirik ke samping dan menatap pria yang sedang berbincang dengan rekan bisnisnya itu.
"Oh iya, perkenalkan ini istri saya, Keyra Adeera Dekarsa," ucap Ragas pada rekannya dengan menyematkan nama belakang Ragas, menandakan bahwa Keyra benar-benar milik Ragas.
Keyra tersenyum canggung sambil membalas jabatan tangannya dan berpura-pura ramah pada Dion.
"Hai Dion, udah lama gak ketemu. Gimana kabar anak dan istri kamu?" sapa Keyra dengan senyum yang dipaksakan.
"Loh kalian sudah saling kenal?" tanya rekan Dion, Danu.
"Iya," jawab Dion singkat masih menatap Keyra dan Ragas bergantian, dengan tatapan tak yakin.
Menyadari Dion sedari tadi menatap dirinya seperti meragukan, Keyra melirik Ragas yang sedang tersenyum kepadanya. Entah apa yang mendorong keberaniannya, Keyra mencium pipi Ragas dan membuat Ragas terkejut seraya membelalakkan matanya.
Gue pasti udah gila. Batin Keyra tan pa mengalihkan tatapannya dari Ragas.
***
Setelah kesepakatan antara Dekarsa Grup dan perusahaan Dion selesai, Ragas yang seakan mengerti situasi yang sedang dialami Keyra, izin pamit terlebih dahulu. Mereka bergantian berjabat tangan, dengan sebelah tangan Ragas melingkar di pinggang Keyra.
"Terima kasih sudah menyempatkan dan meluangkan waktu anda untuk bertemu dengan kami disela-sela kesibukan anda, Tuan Dekarsa," ujar Danu dengan penuh rasa hormat.
"Tidak masalah, kebetulan hari ini saya dan istri saya tidak ada janji lain. Sehingga kami dapat menyempatkan untuk datang ke sini," jawab Ragas seraya tersenyum dengan ramah..
Setelah berpamitan, Ragas dan Keyra pergi meninggalkan Dion dan Danu di sana. Mereka berjalan beriringan keluar dari Restaurant menuju tempat parker, di mana mobil Ragas di parkirkan.
"Maaf," lirih Keyra seraya menundukkan kepalanya saat mereka sudah berada di dalam mobil Ragas.
Pria itu tak menanggapi dan hanya diam seribu Bahasa karena rasa terkejutnya. Ragas pun mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Sepanjang perjalanan, Keyra hanya meminta maaf dan maaf hingga Ragas merasa tak nyaman dan akhirnya membuka suara.
"Aku yang harusnya minta maaf Key, karena aku udah bikin kamu gak nyaman di sana," ucap Ragas setelah meminggirkan mobilnya. Pria itu menahan pertanyaan dalam hatinya saat melihat Keyra mulai menangis.
Air mata Keyra sudah tidak dapat dibendung lagi. Wanita itu menangis sejadi-jadinya di dalam sana. Terasa tangan hangat itu mengelus puncak kepalanya.
"Ceritalah setelah kamu merasa baikan Key, aku akan menunggu."
***