MHMC Bagian Enam

1248 Kata
Cinta? Bukan karena ada apanya, tapi menerima segala kekurangan dan kelebihan karena apa adanya.   Setibanya di rumah Ragas, Keyra masih terdiam di dalam mobil sambil sesekali mengusap air mata di wajahnya. Ragas tak segera keluar dari mobil, dia menemani Keyra hingga wanita itu merasa tenang dan mau menceritakan apa yang sedang terjadi. “Maafin aku Ragas, aku udah mengacaukan pertemuan kamu hari ini.” Lirih Keyra. Ragas hanya tersenyum dengan hangat. “Dia Dion, mantan pacar aku,” lanjut Keyra sambil kembali terisak ketika mengingat bagaimana perlakuan Dion padanya saat itu. “Dia ngehamilin sahabatku saat aku dan dia masih berhubungan, dan …,” Keyra menghela napas dalam-dalam. “… itu salah satu penyebab yang membuat aku gak bisa percaya sama laki-laki manapun lagi,” lanjutnya. “Salah satu?” Tanya Ragas penasaran. Keyra mengangguk. “Dan penyebab lainnya karena seseorang yang pernah aku cintai, tetapi dia pergi tanpa kabar, tanpa menghubungiku sekalipun disaat aku dalam keadaan terpuruk. itu membuat aku sangat sulit untuk mempercayai laki-laki mana pun.” Jelas Keyra lirih dengan air mata yang sudah tak dapat dibendung lagi. Tanpa aba-aba, Ragas memeluk Keyra sangat erat, membuat wanita itu terkejut tetapi juga mendapatkan rasa nyaman dari pelukan tersebut. Tanpa sadar, Keyra membenamkan wajahnya pada d**a bidang Ragas hingga tangisnya kembali pecah dalam pelukan tersebut. Maafin aku Adeera, maaf, maaf, maaf karena aku, kamu menjadi seperti sekarang. maaf. Sesal Ragas dalam hatinya hingga mempererat pelukannya. *** Setelah kejadian semalam, Keyra benar-benar menghindar dan menjauh dari Ragas. Bahkan dia menolak untuk menjawab sapaan dari suaminya itu saat berpapasan di meja makan. Kenapa? Ya, karena Keyra merasa malu, bahkan sangat malu, saat dia mengingat kejadian semalam yang membuat matanya membengkak di pagi harinya seperti sekarang ini. Keyra juga lebih memilih melewatkan sarapannya dari pada harus bertemu dengan Ragas. Keyra bahkan lebih dulu tiba di kantornya. Ia menjadi penghuni ruangan ketika belum ada satu pun karyawan lain yang datang. Hingga tanpa terasa, waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi dan satu persatu rekan kerja Keyra berdatangan. “Ya ampun Key, mata lo kenapa? Bengkak banget!” Suara Sarah menggelegar seakan memberi kode agar para makhluk di ruangan divisinya melihat apa yang ia lihat. “Berisik lo Sar, rese!” ketus Keyra. Willy yang kubikelnya berada di belakang merasa penasaran, dan berjalan menghampiri Keyra lalu memincingkan matanya, memperhatikan mata temannya itu dengan seksama. “Siapa yang buat lo nangis semalaman Key? Ayo bilang sama abang!” goda Willy. Tak lama, Jihan yang berda di luar berlarian masuk sambil berteriak, “Big boss dateng, big boss dateng,” ucapnya, hingga dalam waktu beberapa detik, semua orang kocar-kacir kembali ke kubikelnya masing-masing. Dan benar saja, saat Keyra menoleh ke arah pintu, di sana Ragas sedang berjalan masuk ke kantor divisinya, menuju ruangan Wahyu bersama asistennya, Sendi. Tiba-tiba  Wahyu menghentikan langkahnya, lalu melihat Keyra yang kini sedang menunduk, menyembunyikan wajahnya. “Key, bisa bawakan coffe ke dalam ruangan saya? Itu mata kamu kompres gih, kaya abis disengat lebah aja,” ucap Wahyu. Keyra semakin menunduk lesu, dan berlalu menuju pantry membuatkan tiga coffe moccacino, menaruhnya di atas nampan, dan membawanya ke ruangan Wahyu. Sebelah tangannya memegang nampan tersebut dan sebelah tangannya lagi mengetuk pintu. Tak lama terdengar pekikan Wahyu yang memintanya masuk. Keyra memejamkan matanya sesaat lalu memberanikan diri membuka gagang pintu dan masuk ke ruangan Wahyu. Wanita itu berjalan mendekat, dan menaruh nampan berisi tiga coffe tersebut diatas meja seraya memindahkan tiga coffe tersebut ke atas meja. Ragas memperhatikan Keyra sekilas lalu kembali pada ipad di tangannya. “Key, anggaran dana untuk acara gathering jumat ini udah selesai belum? Kita harus lapor dan dapat persetujuan Pak Ragas hari ini.” Tanya Wahyu. “Sudah Pak, sudah saya print.” Jawab Keyra. “Bawa kesini sekarang!” Perintah Wahyu. Segera Keyra membawa nampannya keluar dari ruangan Wahyu, menaruh nampan di pantry, dan kembali ke mejanya untuk mengambil berkas anggaran dana gathering yang diminta oleh Wahyu, lalu kembali masuk ke ruangan Wahyu tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. “Ini Pak,” ucap Keyra seraya memberikan laporan anggaran dana pada Wahyu. “Oke, thanks Key.” Tanpa berdiam diri lebih lama lagi, Keyra segera keluar dari ruangan Wahyu. Sesaat Keyra melirik ke arah Sendi untuk meyakinkan dirinya bahwa itu benar-benar Sendi yang dia kenal. Benar. Dia Ka Sendi. Sahabat Disa. ***   “Key, lo mau ikut makan siang gak?” tanya Sarah. Keyra hanya menjawabnya dengan gelengan kepala. Kemana nafsu makan gue pergi sih, dari malem menghilang gitu aja. Heran gue. batin Keyra Keyra yang sedari tadi menunduk di atas mejanya dengan pikiran yang saling berteriak dan mood yang hancur sejak pertemuannya dengan Dion tak menyadari Raka, OB lantai lima belas mengetuk-ngetuk di depan pintu divisinya “Mba Key, mba!!” teriak Raka yang masih dihiraukan oleh Keyra. Mau tak mau, Raka masuk ke dalam dan menghampiri Keyra. Pria itu mengetuk kubikel Keyra berkali-kali hingga akhirnya Keyra tersadar dan tersentak kaget. “Ya ampun Mas Raka ngagetin gue aja!” ucap Keyra terkaget. “Lah Mba sendiri dari tadi saya ketuk pintu dan panggil-panggil mbanya diem aja, saya kira mba tidur,” jawab Raka sembari memberikan kotak makan dari salah satu restaurant dekat kantor. “Apa ini?” tanya Keyra kebingungan. “Saya di perintah Boss besar untuk mengantarkan ini ke Mba Key.” Jawab Raka sambil tersenyum jahil. “Ssttt … awas lo yah sampai yang lain tau, gue tendang lo ke planet mars!” ancam Keyra. Pria itu terkekeh dan berusaha menahan tawanya. Tetapi, ekspresi wajah Keyra malah membuat Raka tak dapat menahan lagi hingga tawanya pecah. Pria itu lantas mendapat delikan tajam dari Keyra. “Mbanya lucu, kaya anak SMP yang takut ketahuan pacaran,” goda Raka yang kemudian berlari menjauh saat melihat Keyra berdiri dari tempat duduknya dengan wajah yang memerah. Wanita itu kembali duduk saat melihat Raka sudah pergi menjauh dan mengambil ponselnya , lalu membuka w******p. Me  : Apa ini? Tak beberapa lama ponselnya bergetar. Ragas : itu makan siang kamu, hari ini kamu melewatkan sarapan kamu, tadi aku makan siang dengan klien di resto samping kantor. jadi sekalian aku bawain, Dimakan iya. Keyra mengedip-ngedipkan matanya melihat kembali isi w******p dari Ragas sekali lagi. Emoticon dua orang yang sedang jatuh cinta disematkan oleh pria itu di akhir pesan whatsappnya. Apa ini? Kenapa jantung gue dag dig dug gini sih dikasih emot gituan. Kelamaan jomblo nih pasti. Tolak batin Keyra. Me  : Lain kali jangan titip Mas Raka, aku yakin besok bakal rame nih segedung kantor. Ragas : Ga usah khawatir. Toh kamu istri aku. Aku berhak ngasih perhatian sama istri aku sendiri. Me  : Makasih loh atas perhatiannya Ragas : Entah kenapa hati aku ngerasa sakit banget liat kamu lebih dekat dengan rekan kerja kamu dibanding aku, dan aku juga merasa tidak terima istri aku di perintah oleh bawahan aku yang notabenenya adalah atasan kamu. Me : itu udah sebagian dari kerjaan aku dan kamu harus menerimanya. Tak ada balasan lagi, Keyra menaruh kembali ponselnya diatas meja. Nih orang kesambet apaan sih? Tanya Batin Keyra. Dia lalu membuka kotak makan pemberian Ragas dan melahapnya hanya dalam waktu beberapa menit saja. *** Ragas : pulang bareng iya. Aku tunggu di parkiran biasa. Me  : gak bisa. Aku masih banyak kerjaan. Setelah memastikan Ragas tak membalas pesannya lagi, Keyra menaruh kembali ponselnya di atas meja. Wanita itu kembali melanjutkan pekerjaannya. Beberapa rekannya satu persatu sudah meninggalkan kantor hingga tanpa ia sadari, suara adzan isya.sudah berkumandang. “Astaga udah adzan isya, Ragas!” Keyra segera menutup komputernya lalu memasukkan barang bawaannya ke dalam tas saat dirinya mengingat jika Ragas akan menunggunya. Wanita itu sibuk membuka ponselnya dan menelepon Ragas berkali-kali tapi masih tidak ada jawaban. Keyra masuk ke dalam lift dan menekan tombol Lt AB. Gak mungkin seorang boss besar rela nunggu bawahannya lembur sampai jam segini. Batin Keyra berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Lift pun berhenti, Keyra menunggu sesaat hingga pintu lift terbuka sempurna dan dirinya keluar dari dalam sana. Saat tiba di halaman parkir baseman, Keyra menyisir pandangannya ke sekeliling dan menemukan mobil milik Ragas masih terparkir disana. Ia segera berlari menghampiri mobil Ragas dan dilihatnya dari kaca luar pria itu sedang tertidur pulas di balik kemudinya. Untuk beberapa detik, Keyra menatap Ragas yang terlelap itu sambil tersenyum. Dia benar-benar menunggu. Batin Keyra. ***  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN