“Kerjaan kalian harus selesai sebelum pukul dua siang ini, karena kita harus bersiap untuk acara gathering,” ucap Wahyu mengingatkan seraya berjalan menuju ke ruangannya. Namun, didetik berikutnya, tiba-tiba pria itu menghentikan langkahnya dan berbalik kembali menatap para bawahannya.
“Dan jangan lupa, jam tiga sudah siap semuanya dan masuk ke dalam bis yang sudah disiapkan di halaman parker, iya.” Lanjut Wahyu yang kemudian masuk ke dalam ruangannya
Semua mengangguk lalu bergegas menyelesaikan segala laporan-laporan yang masih tertunda. Sarah menarik kursinya menghampiri Keyra.
“Kira-kira, si boss besar itu ikut gathering gak, iya?” tanya Sarah dengan tatapan menerawang.
Keyra mengedikkan bahunya, berpura-pura acuh tak acuh. Namun Keyra mengambil ponselnya dan membuka whatsappnya.
Me : Kamu ikut acara gathering?
Ragas : Kayanya, nggak.
Raut wajah Keyra langsung berubah setelah membaca balasan w******p dari Ragas.
Padahal dia kan ceo nya, masa iya big boss gak ikut. Batin Keyra kesal seraya menaruh ponselnya dan kembali terfokus pada laporannya.
***
Menit berganti menit, jam pun berganti jam. Kini waktu sudah menunjukkan pukul 15:00. Sejak pukul dua, para karyawan Dekarsa Grup sudah menghentikan semua kegiatan mereka, dan mulai mempersiapkan diri masing-masing untuk acara gathering yang akan dilakukan. Semua karyawan satu persatu memasuki masing-masing bis yang sudah diberi tanda sesuai divisi. Keyra sudah duduk di kursinya dekat jendela. Kemudian dia merogoh ponselnya sembari menyandarkan kepalanya di jendela.
Me : Ragas, Ada sesuatu yang mau aku bicarakan.
Ragas : Ada apa?
Me : Maaf kalau aku lancang. Akhir-akhir ini aku benar-benar berpikir sangat keras. Semuanya masih jadi pertanyaan buat aku, aku bahkan belum mengenal kamu. Kenyataan bahwa kamu adalah CEO di kantor tuh aku masih menolak buat percaya sampai saat ini. Siapa diri kamu pun aku gak tau, Ragas. Dari awal menikah, aku merasa ada yang salah dengan keputusan yang udah aku ambil. Aku takut salah mengambil keputusan.
Setelah memastikan pesannya dibaca oleh Ragas, Keyra memasukkan kembali ponsel kedalam saku jaketnya. Cukup lama pesannya, masih belum juga ada balasan dari Ragas. Tatapan matanya semakin menyiratkan kebingungan, kesedihan dan pikirannya yang semakin beradu dalam dirinya. Bis pun mulai melaju dan meninggalkan pelataran parkir Dekarsa Grup.
Biarlah, perasaan gue ini cuma milik gue sendiri, tanpa harus gue bagi sama Ragas. Dan stop mengingat kenangan pahit soal Dion dan Disa. Dion udah bahagia sama keluarganya, dan Disa mungkin aja udah lupa sama gue. Ucap Keyra membatin.
“Ladies and gentleman,” suara Willy tiba-tiba memecahkan lamunan Keyra.
Semua orang dalam bis bersorak-sorai dan duduk bersantai di atas kursi masing-masing.
Lupakan segala pikiran gue untuk saat ini aja, waktunya untuk tertawa bareng kawan-kawan. Batin Keyra memberi semangat.
“Kita sambut Bapak Manager divisi Administrasi Keuangan kita … Pak Wahyu,” seru Willy.
Wahyu yang biasanya bersikap tegas dan berwibawa kini dia melupakan jabatannya dan bersikap santai untuk menghibur seluruh karyawan di divisi administrasi.
“Gue tau, gue orangnya kaku kalau di kantor. Tapi untuk hari ini dan dua hari kedepan kita bebaskan dan lupakan sejenak segala kerjaan kita, laporan-laporan kita, deadline-deadline kita. Fokus untuk bersenang-senang. Dan … untuk memulai kegiatan bersenang-senang kita, kita tampilkan penyanyi dari bagian divisi keuangan, Jihan Syahputri!” ucap Wahyu memberi sambutan pembukaan.
Semua bertepuk tangan dan bersorak saat Jihan--penyanyi dari divisi keuangan--maju ke depan dan mengambil mic bluethoot-nya. Tak begitu lama, terdengar alunan lagu yang akan dinyanyikan gadis itu.
I love it when you call me “señorita”~
I wish I could pretend I didn't need ya~
But every touch is ooh-la-la-la~
It's true la-la-la~
Ooh I should be running~
Ooh you keep me coming~
For you~
Seluruh orang-orang berteriak dan ikut bernyanyi bersama Jihan. Suara gadis itu memang sangat indah saat bernyanyi, dengan badannya yang lentur berlenggak-lenggok mengikuti irama musik yang mengalun.
“Key, kayanya Pak Ragas gak dateng deh. Tadi gue denger dari anak-anak sekretariat, Pak Ragas gak akan dateng. Sejak makan siang, Pak Ragas gak balik lagi ke kantor,” ujar Sarah yang duduk di sebelah Keyra.
Keyra hanya tersenyum tipis. “Mana mungkin sih seorang CEO perusahan sebesar ini ikut acaranya gathering karyawan,” tukas Keyra yang dijawab dengan anggukan setuju oleh Sarah.
Terdengar kembali suara Jihan yang menyanyikan lagu berbeda. Keyra tersenyum seraya melihat pada Jihan sedangkan pikirannya masih mengawang pada kehidupan pernikahannya yang masih menjadi pertanyaan bagi dalam dirinya.
Beri aku kesempatan tuk bisa merindukanmu~
Jangan datang terus~
Beri juga aku ruang bebas dan sendiri~
Jangan ada terus~
Aku butuh tahu~
Percayalah rindu itu baik untuk kita~
Pergi melihatmu~
Menjelang siang kau tau~
Aku ada dimana sore nanti~
Tak pernah sekalipun ada malam yang dingin.~
Semua ikut bernyanyi saat lagu yang penuh makna itu dinyanyikan oleh Jihan.
Kenapa sih, gue? tanya batin Keyra tanpa sadar sambil menatap keluar jendela.
***
Bis berhenti tepat di salah satu villa besar bertingkat tiga yang ada tepat di tengah-tengah halaman yang sangat luas. Satu persatu para peserta gathering bergantian turun dari bis, mata mereka langsung dimanjakan oleh pemandangan pegunungan hijau, kolam renang, lapangan golf, lapang bola sepak, bahkan lapang bola basket pun ada.
Semua karyawan tiap-tiap divisi berkumpul di halaman villa dan berbaris sesuai divisi masing-masing.
“Perhatian semuanya!” ucap Santoso selaku kepala dari divisi sekretariat.
“Selamat datang di villa pribadi milik Dekarsa Grup, yang dengan sengaja dibuka hanya untuk acara Gathering Dekarsa Grup tahun ini,” lanjutnya.
Mata Keyra membelalak, kembali dia dikejutkan dengan hal yang dimiliki oleh Ragas.
Gue sama sekali buta soal Ragas. Batin wanita itu.
“Sekarang, karyawan tiap divisi sudah diberi kamar masing-masing. Pria dan wanita sudah pasti terpisah. Silahkan lihat daftarnya di kertas yang akan dibagikan oleh Dewi,” ujar Santoso melanjutkan.
Saat Keyra sibuk melihat kertas yang Dewi bagikan, terdengar ribut dari para karyawan wanita sambal melihat ke satu arah.
“Demi apapun, gue mu pingsan liat cowok setampan itu,” gumam Sarah dengan pandangan tertuju pada sesuatu di depannya.
“Gebetan gue dating,” ucap salah satu karyawan dari tim HRD.
“Gila … setampan itu masih single. Mungkin dia jodoh gue,” ujar karyawan yang lainnya.
“Tampan, mapan, dan seorang billionaire. Gue rela jadi istri keduanya,” sahut yang lainnya.
Keyra yang tidak mengerti dengan keributan para karyawan itu lalu mengalihkan pandangannya ke depan. Matanya membelalak tak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini.
Pria yang tadi jelas-jelas mengatakan tidak bisa menghadiri acara gathering perusahaan ini tiba-tiba datang dan menjadi pusat perhatian para karyawannya.
Ragas yang tampak lebih santai dengan kaus putih polos dan celana jeans navy, dipadukan dengan jaket hitam dan topi hitam di kepalanya, semakin membuat perhatian para karyawan hanya terfokus padanya. Pria itu berdiri dihadapan para karyawan yang masih berbaris, didampingi oleh Sendi.
“Selamat datang keluarga besar Dekarsa Grup. Saya Ragas selaku CEO Dekarsa Grup, mengucapkan selamat datang di Villa kami. Silahkan gunakan segala fasilitas yang ada di villa ini, dan selamat mengikuti berbagai acara yang sudah disusun oleh para panitia acara,” ucap Ragas memberi sambutan.
Semua bersorak bertepuk tangan. Ragas tersenyum sesaat lalu pergi diikuti Sendi kembali ke dalam villa. Setelah mereka berdua menjauh dari para peserta gathering, Sendi mensejajarkan langkahnya dengan Ragas.
“Lo yakin bakal ikut acara ini sampai selesai?” tanya Sendi meyakinkan.
Ragas hanya menoleh seraya tersenyum pada sahabatnya itu dan meneruskan langkahnya.
“Wah … lo mulai berubah, Ragas.”
***
Satu per satu para peserta gathering memasuki kamar masing-masing yang sudah dibagikan oleh panitia untuk menaruh barang bawaan mereka. Keyra yang sudah berada di kamarnya bersama Sarah dan Jihan segera manaruh tasnya, lalu merogoh ponsel dalam saku jaketnya.
Me : Katanya gak akan dateng, kok tiba-tiba datang sih?
Ragas : Aku datang karena masih punya urusan sama kamu.
Wajah Keyra seketika merona, hanya dengan kata-kata seperti itu saja bisa buat jantung Keyra berdetak lebih cepat. Wanita itu menyembunyikan wajahnya dengan menunduk dan mulai membereskan barang bawaannya.
“Muka lo mirip kepiting rebus, Key,” celetuk Sarah yang tanpa sengaja melihat Keyra menunduk..
Keyra mendengkus sebal.
“Panas gue,” jawab Keyra asal.
“Di puncak gunung gini lo bilang panas? Gila … gue yakin lo sakit, Key.” Balas Jihan.
Keyra hanya menggelengkan kepalanya menanggapi ocehan kedua temannya itu. Beberapa saat kemudian terdengar suara ketukan dari balik pintu kamar.
“Guys, udah di panggil buat acara pertama tuh. Cepat!” panggil Willy dari luar pintu.
Mereka pun bergegas mengambil mantel dan pergi keluar kamar, membiarkan barang bawaan mereka yang masih belum tersusun rapih, lalu berjalan menuju taman di halaman depan villa. Tepat setelah mereka keluar dari pintu utama villa, langkah Keyra tiba-tiba terhenti, tatapannya menerawang saat melihat api unggun sedang berkobar di sana.
Keyra berusaha mengatur napasnya agar tetap tenang dan berjalan maju keluar dari villa. Tetapi seketika kakinya kaku dan terasa sulit digerakkan.
“Apinya besar.” Lirih Keyra menatap ke arah api unggun yang semakin membesar.
Tatapannya kosong dan ia mulai berjalan mundur dengan perlahan. Sarah yang sadar dengan sikap aneh Keyra kembali menyusul wanita itu yang tertinggal di belakang.
“Key, lo kenapa? Kok pucet banget?” tanya Sarah panik.
“Api ….” gumam Keyra.
“Apa? Kenapa apinya?” tanya Jihan bingung.
“Api ….” gumam Keyra lagi.
“Key jangan bikin gue khawatir dong. Lo kenapa Key, jawab?!” paksa Sarah.
“Api … Ayah, Ibu dimana?” racaunya tak jelas.
Tiba-tiba saja Keyra berteriak histeris seraya berjongkok dan menutup telinga dengan kedua tangannya. Trauma yang dengan susah payah ia obati kini kembali. Semua orang yang ada di sana berbalik, menatap ke arah Keyra dengan tatapan aneh.
Namun nampak seseorang berlari dari dalam villa dan menghampiri wanita itu, menariknya mendekat dan memeluknya dengan erat.
“Key, tenang … tenang,” bisiknya.
Tubuhnya masih bergetar hebat, Sarah dan Jihan makin panik saat Keyra kembali berteriak histeris sedangkan Ragas makin mempererat pelukannya.
“Aku di sini Key, aku di sini.”
“Ka Disa ….” gumam Keyra yang membuat Ragas semakin merasa bersalah.
***