Biarkan aku menjadi pelindungmu. Disaat segalanya berubah menjadi hitam, biarlah aku yang membuatnya kembali putih.
Sesaat sebelum kejadian.
“Lo mau turun ikut acara api unggun?” Tanya Sendi saat melihat Ragas keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil, tiba-tiba Ragas terdiam dan menatap Sendi dengan mata yang membulat.
“Api unggun?” Tanya Ragas memastikan. Sendi mengangguk seraya menjawab pertanyaan Ragas sambil menunjuk ke arah kaca jendela besar di lantai tiga yang langsung mengarah ke taman belakang, tempat acara itu berlangsung. Tak beberapa lama, terdengar suara teriakan dari bawah. Sendi mengecek dari jendela dan melihat dengan samar seseorang meringkuk sambil menunduk.
“Astaga, Keyra!” Teriak Sendi yang baru ingat jika Keyra memiliki trauma dengan api.
Sendi berbalik bermaksud memberi tahu Ragas, tetapi Ragas sudah lebih dulu berlari ke lantai dasar.
Setibanya di pintu depan, Ragas menghentikan langkahnya berusaha mengatur napas sesaat sebelum dirinya mulai kembali melangkahkan kakinya. Tepat disana, sosok gadis kecil yang dulu pernah ia selamatkan sedang meringkuk ketakutan.
Aku seperti melihat masalalu Adeera. Lirih batin Ragas seraya melanjutkan langkahnya.
Diraihnya tubuh Keyra masuk ke dalam pelukan Ragas. Seluruh badannya bergetar hebat membuat Ragas semakin mempererat pelukannya. Pria itu bahkan tak memperdulikan orang-orang yang menatap heran ke arah mereka. Tatapan orang-orang yang dipenuhi dengan pertanyaan. Tetapi tiba-tiba, tubuh kecil itu melemas dan Keyra tak sadarkan diri.
***
“Gimana Keyra?” Tanya Sendi setelah kembali dari acara api unggun.
“Masih belum sadar, Sen.” Jawab Ragas, pria itu menoleh menatap Sendi. “Oh iya, lo udah jelaskan ke para karyawan, kan?” tanya Ragas.
“Lo juga sih, kenapa gak mikir dulu sebelum bertindak? Padahal kan ada gue, gue bisa bawa Keyra kesini,” tutur Sendi, protes.
Ragas mengusap kasar mukanya dengan kedua tangannya.
“Gue panik Sen, lo juga tau kan bagaimana traumanya Keyra sama Api?” Jawab Ragas.
“Tapi dengan tindakan lo yang seperti tadi, membuat berbagai spekulasi Ragas. Ingat! Lo ini CEO di Dekarsa Grup. Segala tindakan yang lo lakuin bakal jadi sorotan seluruh karyawan bahkan media!” sanggah Sendi dengan penuh penekanan.
Ragas hanya terdiam. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya. Apalagi melihat Keyra yang seperti tadi. Dirinya bahkan terus teringat kejadian saat itu.
“Gue udah bilang ke Pak Santoso, kalau lo tadinya mau gabung acara api unggun, cuma karena lo liat salah satu karyawan seperti ketakukan api hingga pingsan, jadi lo memilih menolongnya, hanya karena Keyra karyawan lo.” Tekan Sendi lagi.
Ragas mengangguk. Pandangannya kembali pada Keyra yang masih belum sadarkan diri. Pria itu menepuk pundak Ragas memberi semangat pada sahabatnya itu.
“Sebaiknya lo turun dan ikut acara api unggun dulu, biar gak ada yang curiga. Istri lo, biar gue yang jaga.” Lanjut Sendi yang dijawab dengan anggukan oleh Ragas.
***
Ragas kini sudah berada di luar villa dengan wajah yang dibuat santai dan ikut bergabung dengan para karyawan mengikuti acara api unggun. Seluruh karyawan wanita bersorak melihat Ragas datang, menyamarkan suara musik yang mulai mengalun. Tak begitu lama, terdengar suara Jihan yang mulai bernyanyi.
Ragas hanya duduk di tempatnya dan memandangi kobaran api yang kini mulai mengecil. Kilatan-kilatan masalalunya kembali teringat. Ketika dirinya yang baru menyadari sesuatu terjadi pada Keyra. Ketika dirinya merasa bersalah karena terlambat datang saat itu. Dan … saat Ragas harus meninggalkan Keyra disaat masa-masa sulitnya. Dirinya sangat merasa bersalah karena baru bisa kembali menemui wanitanya itu sekarang, walau Keyra kini tak mengenal siapa Ragas.
Kini wanita itu nampak asing bagi Ragas. Tak ada Keyra yang ceria seperti dulu. Keyra yang selalu terbuka, Keyra yang tak dapat menyimpan kekesalannya dan selalu ia luapkan jika dirinya merasa tidak suka. Keyra, si wanita tangguh dengan segala celotehannya saat ia mengalami hal yang menyenangkan.
***
Setelah acara api unggun selesai. Lampu sorot taman yang terang dan berwarna-warni silih bergantian pun dinyalakan. Terdengar orang-orang mulai berdecak kagum melihatnya.
Willy membawa sebuah meja besar yang kini disimpan di tengah-tengah taman. Diikuti mereka semua duduk di atas rerumputan tanpa membedakan status atasan atau bawahan. Semua sama, dan saling berbaur dan bersikap santai.
“Trurt or Dare.” Celetuk Wahyu.
Semua orang bersorak sorai menyambut kegiatan selanjutnya, lalu Wahyu membawa sebuah botol beer besar yang sudah kosong dan memutarnya di atas meja.
Botolnya tepat berhenti ke arah Sarah, wanita itu merengut dan mendelik tajam pada pria yang memutarnya..
“Ah, Pak Wahyu sengaja nih botolnya biar berhenti di gue.”
“Lah gue kan cuma muterin doang, ini real bukan disengaja.” Sanggah Wahyu.
Semua orang menyerukan ‘Truth’ berulang ulang. Dan akhirnya di iya kan oleh Sarah.
“Okey, gue ambil truth,” ucap Sarah.
“Woo ….” Seru seluruh orang bersamaan.
“Siapa orang yang paling lo suka di antara cowok disini? Selain Pak Ragas iya tentunya,” tanya Wahyu.
“Ada, satu divisi sama gue,” jawab Sarah dengan malu-malu.
“Siapa?” Tanya Jihan lantang. Semua orang menanti dengan seksama jawaban dari Sarah.
“Willy! Gue suka sama lo,” ujar Sarah sambil menundukkan kepalanya, malu.
Seluruh karyawan bersorak, ada beberapa karyawan wanita yang mendengkus kesal. Willy termasuk salah satu pria poluler di gedung Dekarsa Grup, dengan wajahnya yang blasteran Indo-Inggris, membuat para wanita menganguminya.
Willy hanya tersenyum tipis menanggapi pengakuan Sarah. Dia menganggap pengakuan temannya itu hanya suatu bercandaan yang memang sering Sarah lontarkan tanpa Willy sadari, jika Sarah berkata jujur.
***
Di kamar lantai tiga, perlahan Keyra mulai membuka matanya. Wanita itu menatap sekeliling ruangan yang nampak asing, dan mendapati Sendi sedang duduk di sofa dan terfokus pada ipad di tangannya. Keyra perlahan bangun dan hendak turun dari tempat tidur, tetapi Sendi lebih dulu menyadarinya dan berjalan mendekat pada Keyra.
“Lo mau kemana, Key? Istirahat aja, keadaan lo masih belum pulih,” tanya Sendi yang kini duduk di tepi ranjang.
Keyra hanya menatap kedua iris mata Sendi dan kemudian mengalihkan tatapannya ke arah lain. Ia berusaha untuk tidak bertanya apa-apa mengenai Disa pada Sendi. Wanita itu tak ingin mengorek kembali masalalu hingga membuat Ragas, yang kini adalah suaminya merasa kecewa oleh sikapnya.
“Gue mau turun dan ikut acara di bawah,” sahutnya.
“Mending lo istirahat dulu aja Key,” cetus Sendi.
Keyra hanya menggeleng dan mulai beranjak dari tempat tidurnya.
“Gue gak nyaman deket-deket sama lo, Kak. Berada di dekat lo sama dengan membunuh gue secara perlahan dengan perasaan sakit karena sahabat lo.” Ujar Keyra seraya melangkahkan kakinya keluar dari kamar tersebut, meninggalkan Sendi yang masih tercengang dengan apa yang baru saja dikatakan Keyra.
“Ternyata lo sadar bahwa gue Sendi, sahabat Disa,” gumam pria itu.
Sendi menghela napasnya dalam-dalam lalu menaruh ipad di tangannya dan bergegas turun menyusul Keyra ke bawah untuk mengikuti acara yang kini sedang berlangsung.
***
“Hey!” sapa Keyra yang baru saja tiba di halaman seraya menepuk bahu Sarah lalu duduk di sampingnya.
“Ya ampun Key, lo udah gak apa apa kan? Gimana perasaan lo sekarang?” tanya Sarah khawatir.
“Gue udah baikan kok. Tadi gue gak enak badan aja sih,” jawab Keyra berbohong untuk menutupi traumanya. Wanita itu menoleh ke depan, dan melihat Sendi yang baru saja tiba, duduk di samping Ragas.
“Tapi muka lo masih pucat loh Key, mending lo istirahat aja di dalam,” titah Sarah sambil menggenggam tangan Keyra, tetapi ditolak oleh wanita itu..
“Masa iya acara gathering yang gue anggep liburan ini harus gue lewatkan,” sergah Keyra dan kembali menatap Sarah yang duduk di sebelahnya.
Sarah mengusap punggung temannya itu dengan lembut, seraya mengangguk. Kini Wahyu kembali memutar botol beer-nya. Semuanya terdiam dan menunggu botol beer tersebut berhenti. Dan didetik berikutnya benda itu berhenti, tepat mengarah pada Sendi yang duduk di samping Ragas.
“Trurt or dare?” tanya Wahyu.
“Ah s**t! Kenapa mesti gue sih? Baru juga gue duduk,” gerutu pria itu.
“Udah pilih aja, gak usah ngomel-ngomel,” titah Ragas.
Sendi menatap semua orang di sana dan menghela napas panjang. “Dare?” celetuknya namun lebih terdengar seperti pertanyaan untuk dirinya sendiri.
“Kenapa lo milih Dare?” tanya Wahyu.
“Karena gue gak mau rahasia gue terbongkar,” Jawab Sendi sekenanya.
“Emang lo punya rahasia?” tanya Ragas.
“Gak usah mulai deh Gas, atau gue bongkar juga rahasia lo.” Timpal Sendi seraya melirik pada Keyra yang sedang menatap padanya.
“Cepat ambil di dalam.” bisik Wahyu pada Willy.
Willy mengangguk, lalu berlari kecil ke dalam villa untuk mengambil sesuatu, kemudian ia kembali dengan membawa botol beer, vodka, dan lima telur ayam mentah.
“Okey, dare spesial untuk Sendi,” seru Wahyu.
Seorang karyawan dari tim HRD membuatkan minuman spesial dengan lima butir telur ayam dimasukkan ke dalam gelas yang sudah berisi beer dan vodka lalu diaduk dengan sendok.
Seluruh orang menatap jijik pada minuman yang disajikan untuk Sendi.
“Minum ... Minum ... Minum!” Seruan seluruh orang.
Dengan enggan Sendi menerima segelas penuh minuman itu lalu meminumnya dengan sebelah tangan menjepit hidung. Setelah habis dan ditelannya, Sendi pun melempar gelas tersebut ke atas rumput dan berlari ke samping villa untuk memuntahkan semuanya.
Gelak tawa terdengar saling bersautan melihat tingkah Sendi. Sesekali Ragas melirik ke depan melihat Keyra yang sedang tertawa bersama temannya. Saat ini, Ragas ingin sekali menghampiri Keyra dan membawa Keyra kembali ke kamar, tetapi apa daya, di sini Ragas hadir sebagai seorang atasan dari para karyawannya. Pria itu merogoh ponsel dalam saku jaketnya lalu membuka pesan w******p.
Me : Udah baikan? Kenapa kamu gak istirahat aja dulu sampai pulih?
Setelah mengirim pesan, Ragas melihat ke arah Keyra yang sedang merogoh saku jaket hoodie dan mengeluarkan ponselnya. Tak begitu lama ponselnya kembali bergetar.
Adeera : Udah, makasih ya udah nolong aku tadi.
Me : Itu udah kewajiban aku. Setelah acara selesai bisa ke lantai tiga? Ada yang ingin aku bicarakan.
Adeera : Baiklah.
Read.
Tanpa mereka sadari mereka memasukkan ponselnya bersamaan ke dalam saku. Lalu mereka saling menatap dari kejauhan dan tersenyum. Ketika Sendi sudah kembali duduk di tempatnya lagi, Wahyu kembali memutarkan botolnya. Untuk beberapa saat, puluhan pasang mata tertuju pada botol yang kini putarannya semakin melemah, hingga akhirnya botol itu berhenti tepat ke arah Ragas.
Tak ada satu pun yang berani memberi pilihan padanya. Mereka semua terdiam, hingga Sendi memecah keheningan.
“Gue tau kalian gak ada yang berani kan trurt or dare ke Ragas, Baiklah ….” ujar Sendi dengan menggantungkan kalimatnya dan menoleh pada Ragas. “… trurt or dare?” lanjutnya.
Ragas menatap Sendi lalu bergantian melihat sekelilingnya. Semua orang terdiam, benar-benar diam seribu bahasa. Semua menantikan pilihan Ragas.
“Baiklah, Trurt,” jawab Ragas dengan yakin.
“Apa Pak Ragas udah punya kekasih?” tanya Selly salah satu karyawan dari divisi marketing dengan tiba-tiba yang mewakilkan seluruh pertanyaan dari yang lainnya.
Semua peserta gathering perempuan terfokus menatap Ragas dan menunggu jawaban darinya. Sedangkan Ragas malah menatap Keyra dari tempatnya lalu berkata, “Saya sudah menikah,” sahutnya dan membuat seluruh orang disana terkejut. Hanya Sendi dan Keyra yang nampak terlihat biasa saja.
***