Pernikahan itu bukan aku dan kamu. Melainkan kita.
“Lo denger kan, Key? Bukan gue yang salah denger kan?” tanya Sarah dan Jihan bersamaan.
“Iya, gue denger,” jawab Keyra berusaha mendatarkan suaranya.
“Shock therapy gue,” timpal karyawan dari tim HRD.
“Cewek beruntung mana yang bisa dapetin hati si bos tampan yang tajir melintir itu?” timpal yang lainnya.
“Kok gue malah kesel iya sama cewek yang udah rebut Ragas.”
Semua komentar yang terlontar dari mulut para wanita di acara gathering ini membuat Keyra sedikit tidak nyaman.
Pasalnya, beberapa wanita yang sudah tergila-gila pada Ragas sejak awal Ragas mulai menjadi CEO di Dekarsa Grup ini menyebutkan siapapun yang menjadi wanitanya Ragas akan mendapat balasan dari mereka.
Keyra bergidik ngeri mendengar perkataan fans fanatiknya Ragas. Tapi di sisi lain Keyra merasa melayang, karena untuk pertama kalinya Ragas mengungkapkan mengenai statusnya walau tanpa menyebutkan namanya. Bahkan, perkataan Ragas tadi membuat jantung Keyra berdebar lebih cepat hingga wajahnya memerah.
Tanpa terasa, waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, Sudah saatnya seluruh peserta gathering kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat dan mempersiapkan diri mengikuti acara besok. Semua membubarkan diri dan kembali ke kamar masing-masing, sesekali masih terdengar beberapa orang dari mereka masih membahas jawaban mengejutkan dari Ragas saat acara tadi.
Drrrrtttt... Drrrtttt....
Terdengar suara getaran ponsel dari saku jaket Keyra. Kemudian wanita itu merogoh ponselnya dan melihat nama Ragas terpampang di layar tersebut. Keyra segera menjauh dari teman-temannya untuk menerima panggilannya tersebut.
“Kalian duluan iya, gue angkat telepon dulu,” ucap Keyra pada Jihan dan Sarah yang dijawab dengan anggukan oleh keduanya.
Setelah memastikan aman dan tak ada siapapun disana, Keyra menggeser tombol hijaunya hingga panggilan pun terhubung.
“Halo.”
“Kemarilah,” ujar Ragas dari seberang telepon.
“Keman ...,” belum sempat Keyra menyelesaikan perkataanya, tangannya sudah digenggam lalu ditarik oleh seseorang.
“Astaga, Ragas!” pekik Keyra terkejut.
Ragas hanya tersenyum tipis lalu membawa Keyra ke lantai tiga melalui tangga belakang. Tetapi tanpa mereka sadari, dari kejauhan seseorang sedang memperhatikan Ragas dan Keyra yang berjalan menaiki tangga.
Ya …
Dia adalah wanita dengan ucapan yang menyeramkan tadi. Dia Zahra, dari bagian divisi sekretariat.
***
Setibanya di kamar lantai tiga, Ragas baru melepas genggamannya dari pergelangan tangan Keyra dengan seulas senyum terulaa begitu saja di kedua sudut bibirnya.
“Duduklah!” titahnya.
Keyra mengangguk lalu duduk di sofa dekat jendela besar. Matanya mengikuti kemana Ragas berjalan.
Kenapa gue gak asing iya liat punggung Ragas, seperti punggung seseorang yang gue kenal. tapi siapa, iya? pikir wanita itu..
Saat Keyra masih bergelut dengan pemikirannya, Ragas kembali dengan membawa dua buah gelas di tangannya, satu berisi wine dan satunya berisi s**u putih untuk Keyra. Pria itu kemudian duduk di samping Keyra seraya menyodorkan gelas s**u pada istrinya.
“Kamu yakin udah baikan?” tanya Ragas memastikan.
Keyra mengangguk seraya mengambil gelas dari tangan Ragas. “Iya aku udah baikan, maaf udah bikin khawatir,” sahutnya.
Mereka saling berdiam diri, tanpa ada sepatah katapun keluar dari mulut Keyra maupun Ragas. Bahkan suasana di sana terasa sedikit canggung bagi keduanya.
Kok gue jadi kikuk gini sih. Batin Keyra.
“Boleh aku tanya sesuatu?” tanya Keyra berusaha memecah keheningan. Wanita itu menaruh gelas susunya di atas meja.
Ragas menoleh pada wanita disisinya itu hingga iris mata mereka saling terpaut.
“Boleh,” jawabnya sambil tersenyum. Kini Giliran Ragas yang menaruh gelas kakinya di atas meja.
“Kenapa kamu milih menikahi aku? Padahal kita baru bertemu dua kali dan itu pun kita benar-benar tidak saling mengenal satu sama lain. Gimana kalau aku seorang penjahat? Bagaimana kalau aku wanita jahat yang ingin memanfaatkan kamu aja?” tanya Keyra.
Tiba-tiba, salah satu sudut bibir pria itu terangkat dan kemudian satu tangannya menggenggam tangan Keyra dengan lembut, satu tangannya lagi menyingkirkan anak rambut dari wajah Keyra dan menyelipkannya ke belakang daun telinga wanita itu.
“Karena aku udah milih kamu, Key. Walaupun benar, kamu cewek matre sekali pun aku gak peduli. Mau kamu menghabiskan uangku berapa pun aku ikhlas, asal itu kamu, bukan wanita lain,” jawab Ragas.
Karena kamu, Adeeraku. Lanjutnya dalam hati.
Keyra menatap dalam pada pria dihadapannya itu. Dia terkejut dengan jawaban yang Ragas berikan padanya. Pria yang Keyra tahu tegas, berwibawa, dan tidak bersahabat jika di kantor, ternyata mempunyai sisi hangat dan lembut seperti sekarang.
“Boleh aku bertanya satu hal lagi?” Tanya Keyra lagi dan dijawab dengan anggukan oleh Ragas.
“Siapa kamu sebenarnya?” lanjutnya.
Ragas tersenyum dan membelai puncak kepala istrinya itu.
“Aku? Ragasa Putra Dekarsa, pewaris tunggal dari Dekarsa Grup, CEO diperusahaan tempat kamu bekerja dan juga … suami Keyra Adeeram,” jawabnya sambil tertawa kecil.
“Bukan itu maksud aku, Ragas. Siapa kamu sebenarnya?” ketus Keyra melihat Ragas kini tergelak.
“Nanti akan tiba saatnya kamu tau siapa aku, Key. Yang pasti, aku benar-benar akan jadi pelindung kamu, penjaga kamu hingga nanti, hingga napas terakhirku,” jawab Ragas pasti.
Kedua mata mereka saling menatap satu sama lain. Keyra masih terdiam dan berusaha menyaring, apa yang baru saja suaminya itu katakan.
“Boleh aku melanggar peraturan yang sudah kita sepakati?” tanya Ragas tiba-tiba.
Keyra mengerutkan dahinya,
“Maksudnya?”
“Boleh aku mencintai kamu?” Tanya Ragas.
Kedua alis Keyra tertarik ke atas, matanya membelalak, dia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
“T-tapi aku butuh waktu, Ragas.” Sahutnya.
“Maka dari itu, beri aku kesempatan untuk menunjukkan segalanya tentangku,” tutur Ragas.
Keyra hanya terdiam tak menanggapi lagi pernyataan Ragas. Wanita itu hanya menunduk. Keyra merasa dirinya masih belum siap dengan pernikahan yang sudah terjadi ini. Bahkan dirinya masih merasa asing dengan situasi seperni ini. Tetapi disisi lain, Keyra merasa sangat tidak asing dengan suaminya itu. Entah apa yang membuat Keyra merasa seperti itu.
***
Setelah perbincangannya dengan Ragas, Keyra memilih kembali ke kamar. Lampu kamarnya sudah digelapkan, bahkan Sarah dan Jihan pun sudah tertidur pulas. Wanita itu berjalan melewati rekan-rekannya yang lain, dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Ia masih memikirkan apa yang Ragas katakan padanya tadi. Mencerna setiap kata yang terlontar dari mulut suaminya itu.
Sebenernya gue suka sama Ragas, tapi gue belum sayang bahkan gue masih belum bisa buat cinta sama dia. Batinnya.
Detik terus berputar. Menit berganti menit, jam berganti jam. Kini, waktu sudah menunjukkan pukul satu malam, mata Keyra masih tetap terjaga. Hingga jam menunjukkan pukul tiga dini hari, wanita itu masih juga sulit memejamkan matanya.
Keyra memilih membuka Whatsappnya, lalu melihat snap w******p teman temannya. Tiba-tiba sebuah notifikasi masuk, wanita itu segera membukanya.
Ragas : Masih belum tidur? Ini udah jam tiga pagi loh.
Me : Belum, aku gak bisa tidur kalau lampu gelap.
Ragas : Kenapa gak coba dinyalakan lampunya?.
Me. : Aku gak tidur sendiri, kasian yang lain. Kamu sendiri kenapa belum tidur?
Ragas : Masih ada kerjaan yang belum selesai.
Me : Mau aku temenin?
“Astaga, otak gue gimana sih ini, kok gue malah bilang gitu?” gerutu Keyra dengan suara yang sangat pelan.
Keyra segera menghapus pesannya tapi sayangnya centang duanya kini sudah berubah menjadi warna biru yang tandanya sudah dibaca oleh Ragas.
“Mampus gue!” Makinya pada diri sendiri. Selang beberapa menit, ponselnya kembali bergetar, ia pun segera membuka pesan tersebut lalu membacanya.
Ragas : Bisa keluar? Aku ada di depan pintu kamar kamu.
Tanpa berpikir panjang, Keyra bergegas bangun dari tempat tidurnya dan membuka pintu kamar dengan perlahan. Benar saja, Ragas sudah berdiri tepat di depan pintu dengan hanya menggunakan kaos polos coklat dan celana training panjang seraya tersenyum ke arahnya.
“Ayo!” Bisik Ragas yang kemudian menarik tangan Keyra untuk menaiki tangga ke lantai tiga.
Sesampainya dikamar Ragas, pria itu sudah lebih dulu duduk di atas sofa lalu meminta Keyra duduk di sampingnya. Ragas kembali menaruh laptop di atas pangkuannya. Wanita itu menurut, ia lantas duduk seraya menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa yang terasa begitu lembut. Terdengar lagu sedang mengalun dari laptop Ragas, memecah keheningan mala mini.
Keyra perlahan terhanyut dalam suasana. Wanita itu menatap wajah Ragas lekat-lekat. Garis rahangnya yang kuat dan kokoh, hidung mancungnya, matanya yang agak bulat, kulitnya yang putih kekuningan. dan rambut yang selalu tertata rapih, membuat daya tarik pria itu semakin kuat. Namun entah kenapa, perasaan itu kembali muncul, menatap Ragas dari samping terasa seperti menatap seseorang yang sangat ingin ia temui.
”Kamu ngingetin aku sama seseorang, Ragas,” celetuknya tiba-tiba. Ragas menghentikan kegiatannya lalu menoleh pada Keyra.
“Siapa?” tanya Ragas.
“Orang yang dulu sangat peduli sama aku, tapi sampai detik ini aku gak tahu dimana keberadaannya. Dia menghilang gitu aja, tanpa menghubungi atau bahkan mengirim pesan singkat sekalipun,” jelas Keyra.
“Apa kamu masih mengharapkan orang itu?” tanya Ragas hati-hati.
Keyra menggelengkan kepalanya. “Aku akan belajar mencintai kamu Ragas.”
Ragas hanya tersenyum menanggapi ucapan Keyra seraya mengusap lembut puncak kepalanya. Perlahan mata wanita itu terpejam, dan dalam beberapa detik kemudian dia sudah tertidur pulas.
Ragas yang sedari tadi menatap wajah Keyra menaruh laptopnya lalu mengambil selimutnya yang ditaruh di atas tempat tidur kemudian menyelimuti tubuh kecil istrinya itu.
Dikecupnya kening Keyra dan berbisik lembut. “Selamat tidur, my little wife,” bisiknya dan kemudian duduk di samping Keyra mengerjakan kembali pekerjaannya.
***