Bertemu Kembali

1151 Kata
"Aku harus menemukan gadis itu!" Seorang pilot berwajah tampan bernama Aditya Kurniawan berkata pada sahabatnya saat sarapan pagi di hotel, mereka menginap di hotel yang sama. "Kamu enggak kenal dia? Mau cari ke mana emangnya?" tanya Danu, sahabat Aditya yang juga seorang pilot di maskapai yang sama. "Aku sudah tanya sama pihak hotel, tapi enggak ada yang tahu alamatnya di mana. Tadi malam hari terakhir dia kerja di sini. Aku cuma dapet fotonya aja. Dengan foto itu aku akan mencari dia." "Udah lupain aja. Kamu juga enggak akan ketemu lagi sama dia kan?" Bukannya mendukung sahabatnya, Danu malah mematahkan semangat Aditya untuk mencari gadis itu. "Enggak bisa begitu. Aku harus bertanggung jawab karena sudah m*****i gadis itu. Kasian dia kalau nanti enggak ada yang mau nikahin dia karena sudah tidak perawan. Semua ini gara-gara minuman keras itu. Aku enggak akan pernah menyentuh minuman itu lagi!" serunya. "Belum tentu ketemu juga. Udah lupain, masih banyak gadis lain kalau kamu memang mau nikah. Kenapa harus susah-susah nyari dia?" "Kamu enggak ngerti gimana perasaanku. Aku merasa berdosa susah m*****i gadis itu." "Terserah deh! Aku doain semoga kamu ketemu lagi sama dia, ya." Danu pikir usaha yang akan dilakukan oleh Aditya akan berakhir sia-sia. Mencari seorang gadis hanya dengan sebuah foto akan sulit, karena keberadaan yang entah di mana. *** Dua tahun kemudian, seorang gadis cantik akan melakukan tugas pertamanya sebagai pramugari di sebuah maskapai nasional ternama, gadis itu Annisa Calya Andani. Senyuman lebar terpasang di wajahnya yang cantik. Sebelum memulai tugasnya yang pertama, Annisa berkenalan dengan awak kabin lain yang sama-sama bertugas sekaligus pilot yang akan menerbangkan pesawat hari itu. Annisa melepas masker yang dia pakai untuk memperlihatkan wajahnya saat berkenalan. Dia menyalami satu persatu awak kabin sekalian berkenalan. Kini Annisa bersalaman dengan pilot, mata Annisa membulat, jantungnya berdebar kencang, perasaannya tidak enak. Sepertinya dia mengenal sosok pilot yang sedang bersalaman dengannya sekarang. "Ini kan pria di hotel yang telah merenggut keperawananku," batin Annisa. Begitu juga dengan sang pilot yang seperti tidak asing saat melihat wajah Annisa. Dia berusaha mengingat wajah itu tetapi tidak berhasil. "Kok aku kayak pernah ketemu sama perempuan ini, ya? Tapi ... di mana?" Aditya bicara dalam hati. Berpikir keras sambil terus mengingat siapa wanita yang baru ditemuinya itu. Setelah pikirannya buntu, pria itu pun melupakannya sejenak dan melanjutkan persiapan penerbangan hari ini. Annisa juga kembali fokus pada pekerjaannya. Persiapan sebelum penerbangan, menyambut setiap penumpang yang masuk, membantu penumpang menyimpan barang di bagasi atas, membantu memakaikan sabuk pengaman dan bantuan lainnya. Penerbangan pertamanya berjalan dengan lancar sampai kota tujuan. Rasa bahagia dengan kelancaran semuanya terpancar lewat senyuman di bibir Annisa. Hari pertama bekerja sebagai pramugari dilewati Annisa tanpa kendala yang berarti. "Nisa ada yang cari kamu. Ditunggu di lobi hotel katanya." Annisa membuka pintu kamar hotel tempat semua awak kabin menginap. Seorang pramugari senior datang menemuinya. "Siapa?" "Captain Aditya." Annisa bergeming di pintu. "Ada perlu apa katanya?" "Cepet kamu temui. Jangan biarkan dia menunggu lama." "Oh iya, baik. Terima kasih ya Mbak." Annisa masuk kamar untuk berganti pakaian yang lebih sopan karena sekarang dia mengenakan pakaian tidur, karena dia ingin segera beristirahat agar besok bisa bangun pagi. Selesai berganti pakaian dia turun menuju lobi untuk menemui Aditya. Perasaan Annisa campur aduk. Sebenarnya dia tidak menyangka bisa bertemu lagi dengan Aditya setelah sejak pertemuan malam itu hingga dua tahun berlalu. Dia juga tidak menyangka jika pria itu adalah seorang pilot yang bekerja di maskapai yang sama dengannya. "Ikut saya!" perintah Aditya pada Annisa saat melihat gadis itu tiba di hadapannya. Aditya merasa beruntung bisa bertemu dengan Annisa lagi setelah dua tahun mencari keberadaan gadis itu berakhir sia-sia. Annisa mengikuti langkah Aditya hingga ke paling atas hotel tempat mereka menginap. "Kamu masih ingat saya?" Jantung Annisa berdetak kencang mendengar pertanyaan itu. Dia masih mengenal pria itu, pria yang telah melukai perasaannya sebagai seorang gadis karena merenggut kehormatannya secara paksa dua tahun yang lalu. "Maaf, Capt, rasanya kita tidak pernah bertemu." Annisa menjawab sambil menunduk. "Tatap mata saya, lalu jawab dengan jujur." Annisa tidak berani menatap mata Aditya, karena dia akan ketahuan jika berani menatap mata Aditya. "Angkat kepalamu!" perintah Aditya. Annisa mengangkat kepalanya, tetapi mengalihkan pandangannya agar tidak menatap Aditya. "Kamu yakin tidak ingat dengan saya?" Aditya mendekat, sementara Annisa terus melangkah mundur. Langkahnya terhenti saat tubuhnya menyentuh tembok di belakangnya. "Enggak, Capt." Aditya merasa kesal karena Annisa tidak merasa mengenalnya. Padahal dia sudah memastikan jika wajah yang ada di foto itu adalah wajah Annisa. Dia memang tidak terlalu mengingat wajah Annisa karena waktu mereka bertemu Aditya sedang mabuk. "Kamu bohong!" Tubuh Annisa bergetar mendengar ucapan Aditya. Dia tidak tahu harus berbuat apa, saat Aditya semakin mendekat dia memejamkan matanya lalu menolehkan kepalanya ke arah lain. "Kamu jelas-jelas tahu malam itu saya mabuk, dan tidak mengingat wajahmu. Tapi aku bisa pastikan kalau gadis yang membawakan obat sakit kepala yang aku minta itu adalah kamu. Buktinya kamu memejamkan mata, bukannya menatap ke arah saya!" Annisa menoleh, menatap tajam ke arah Aditya, dia beranikan diri menatap mata itu, berusaha menyembunyikan jika dia mengenal Aditya. "Maaf, anda salah orang. Saya permisi." Annisa meninggalkan Aditya saat bulir bening membendung di matanya dan debaran jantungnya semakin tidak terkendali. *** "Aku harus mengikuti gadis itu," batin Aditya saat melihat Annisa pulang ke rumah karena sudah masuk jadwal libur. Aditya putuskan untuk datang ke rumah Annisa, tetapi karena dia tidak tahu alamat rumah Annisa dia putuskan untuk membuntuti Annisa yang sedang dalam perjalanan pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan dia fokus mengikuti kendaraan yang dinaiki Annisa. Annisa pulang dengan ojek online yang dia pesan melalui sebuah aplikasi. "Kenapa dia pulang naik ojek malam-malam begini, kalau ada yang iseng gimana?" gumam Aditya. "Tapi kenapa juga mikirin dia." Ojek berhenti di depan sebuah rumah, Annisa turun di sana, masuk ke rumah setelah membayar sejumlah uang pada ojek tersebut. Aditya memarkirkan mobilnya tidak jauh dari rumah itu. Dia turun dari mobilnya menuju rumah Annisa. Dia mengetuk pintu rumah itu, menunggu orang dari dalam membukakan pintu. Seorang wanita paruh baya membukakan pintu, yang Aditya duga itu adalah ibunya Annisa. "Assalamualaikum. Saya Aditya, pilot yang bekerja di maskapai yang sama dengan Annisa." Aditya langsung memperkenalkan dirinya. "Wa'alaykumussalam. Silakan masuk, tunggu di ruang tamu, saya panggilkan Annisa dulu." Aditya masuk rumah, duduk di kursi yang ada di ruang tamu sesuai perintah ibunya Annisa. Si ibu masuk ke kamar anaknya dan memanggil anaknya agar menemui tamu. Annisa keluar dari kamar menemui Aditya. Sedang ibunya membuatkan air minum untuk tamu. Annisa hanya diam selama duduk di ruang tamu. Ibunya datang membawakan minuman dan makanan ringan. "Ibu, duduk di sini sebentar. Saya ada perlu penting dengan Ibu dan Annisa." Ibunya Annisa terkejut, duduk di kursi merasa penasaran untuk mendengarkan apa yang akan Aditya katakan. Dia khawatir Annisa melakukan kesalahan di tempat kerja dan dipecat. "Maaf sebelumnya jika kedatangan saya mengganggu istirahat Ibu dan Annisa. Tapi saya harus mengatakan ini sekarang. Kedatangan saya kemari dengan niat baik. Saya ingin melamar Annisa menjadi istri saya. Ibu keberatan atau tidak?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN